[caption caption="Dailymail.co.uk"][/caption]
Alexandre Rodrigues dan Silva, lebih karib disapa Alexandre Pato, lebih singkat lagi dipanggil Pato. Pria 26 tahun itu baru saja membubuhkan tanda tangan di atas lembaran kontrak bersama Chelsea sebagai pemain pinjaman hingga akhir musim.
Kedatangannya dari klub Brasil, Corinthians sedikit mengagetkan. Pemain yang sempat berjaya bersama AC Milan seakan kembali muncul ke permukaan setelah cukup lama terbenam. Pesona kebintangannya tiba-tiba mencuat di ujung bursa transfer musim dingin. Kekagetan bukan terletak pada wajah tampan dan gaya parlentenya. Tetapi lebih karena posisinya kini sebagai pemain Chelsea, klub yang sedang mencari jalan keluar dari lubang keterpurukan.
Mengapa Guus Hiddink, sang pelatih interim, berani mendatangkannya ke Stamford Bridge? Situasi klub yang tengah tersungkur, di antaranya tersebab celah menganga di sejumlah lini, tak terkecuali barisan depan, harus ditambal dengan bintang senja ini?
Bila pertanyaan itu diajukkan kepada Hiddink, ia tegas berkilah. Dengan penuh percaya diri, pria Belanda itu mengaku Pato didatangkan bukan tanpa perhitungan. Ada hitung-hitungan tersendiri, untuk lebih jelas mengatakan bukan bersandar pada sikap aji mumpung, memainkan kartu perjudian.
Bila sang juru taktik profesional sekelas Hiddink sudah bicara demikian, kita para pengamat yang melihat dari jauh, sejatinya menyimpan ragu hingga melihat aksi nyata di lapangan hijau.
Sebagai salah satu penggemar The Blues, keraguan dan kecemasan saya berkelebat hebat. Bila niat ingin menambah daya gedor, mengimbangi Diego Costa yang baru kembali menemukan taji, setidaknya butuh ujung tombak pemberani yang tak cepat menyerah, ambil contoh Antoine Griezmann. Bila tidak, mempertahankan Loic Remy yang sudah mengenal medan, sedikit lebih baik dari pada membuangnya secara percuma untuk semakin memperkuat kedigdayaan Leicester City di puncak perburuan gelar liga.
Selain itu, Pato belum memiliki pengalaman sama sekali berkompetisi di Liga Primer Inggris, yang jauh dari kesan ramah bagi pemain yang kerap mengeluh dan meminta belas kasihan. Tak cukup skill dan seni olah bola yang mumpuni sebagaimana bawaah para pemain Brasil. Butuh nyali lebih untuk berduel bahkan sedikit ‘jahil’ menggertak lawan.
Namun tanda tangan telah dibubuhkan. Kita hanya bisa sabar menanti apakah Pato pada akhirnya akan diikat permanen pada akhr musim, sebagaimana bunyi kesepakatan dengan mahar 7 juta poundsterling itu. Atau jangan sampai ia akan menyusul nasib senior senegara Juninho yang tenggelam bersama Middlesbrough tak lama setelah bergabung.
Goyangan ‘Si bebek’
Dengan modal tampang yang lebih dari cukup, Pato, yang berjuluk ‘Si Bebek’ itu menjadi salah satu pesepakbola flamboyan. Boleh dikata Don Juan-nya pengolah si kulit bundar.