Dengan tanpa mengabaikan apalagi meremehkan tujuh partai perempat final Copa America lainnya, perebutan tiket semi final terakhir antara Chile kontra Meksiko layak mendapat kredit tersendiri.
Betapa tidak. Laga yang dijadwalkan digelar di Levi’s Stadium, Minggu (19/6) pagi WIB dan disiarkan langsung oleh Kompas TV dan K-Vision itu, adalah pertemuan antara dua tim yang tidak hanya mendamba untuk ke keempat besar, juga pertarungan antara dua tim yang terbilang sama kuat.
Bermaterikan pemain yang seimbang di semua lini, berkelindan dengan tren, catatan pertemuan serta hasrat untuk mengukir sejarah. Maka, bila laga perempat final antara Argentina kontra Venezuela beberapa jam sebelumnya sedikit banyak sudah bisa diprediksi hasil akhirnya, laga ini, hemat saya, pelik ditebak.
Dengan kata lain, kita bisa dengan enteng memejamkan mata sekejap untuk mereka-reka akhir cerita, tetapi sukar membohongi hasrat untuk menjadi saksi pertarungan kedua tim secara langsung. Pendek kata, menonton laga ini adalah keputusan terbaik.
Hasrat
Di satu sisi, Chile sedang berjuang mempertahankan catatan positif di Copa America setelah menjadi juara di edisi terakhir tahun lalu, sekaligus untuk pertama kalinya. Dengan sebagian besar materi pemain yang sama saat angkat trofi di Tanah Air sendiri, kecuali kepemilikan tongkat estafet pelatih dari Jorge Sampaoli ke Juan Antonio Pizzi, La Roja berhasrat untuk mengulangi catatan manis tersebut.
Alexis Sanchez dan kolega butuh tiga langkah lagi untuk mencapai target tersebut. Namun, Meksiko berpeluang menjegal mereka. El Tri, julukan Meksiko, pun sedang dalam laju positif. Belum terkalahkan dalam 22 pertandingan, termasuk membungkam Chile di laga persahabatan di San Diego pada Juni lalu berkat gol telat Javier “Chicharito Hernandez” adalah isyarat jelas.
Di tangan Juan Carlos Osorio yang menggantikan Miguel Herrera yang dipecat dua hari setelah menjuarai Piala Emas pada 2015, Los Tricolores tetaplah menakutkan. Hal tesebut diakui sendiri oleh Pizzi.
Berbicara usai timnya mengantoni tiket delapan besar pasca menggulung Panama dengan skor 4-2 pada awal pekan lalu, pelatih 46 tahun itu tak menampik kebesaran sang calon lawan. Menurut pria Argentina itu, untuk bisa mengalahkan Meksiko, timnya harus kembali ke level permainan semula, bahkan melampaui itu.
"Untuk mengalahkan Meksiko, kami harus berada di atas level kami biasanya, seperti dalam term sepak bola secara emosional," ungkap Pizzi dikutip dari espnfc.com.
"[Meksiko] adalah tim besar. Mereka telah melalui 22 pertandingan tanpa kekalahan dan hanya kebobolan dua gol di [10] pertandingan terakhir mereka.”