Â
[caption caption="Sikuit Jerez/Ilustrasi MotoGP.com"][/caption]Dalam  sejarah balap motor dunia, Spanyol berjaya. Negeri Matador adalah rahim yang amat produktif bagi pebalap kelas dunia, seperti yang kita saksikan hingga kini. Negara yang terletak di Eropa Selatan itu pun menjadi kiblat sekaligus magnet yang menarik perhatian dunia tentang bagaimana mengakrabi sekaligus mengambil faedah dari bisnis balap tersebut.
Setelah menyelesaikan tiga seri pertama, akhir pekan ini perhatian pencinta balap motor akan tertuju ke Jerez de la Frontera, tempat Sirkuit Jerez berada. Di wilayah Andalucia itu, seri keempat MotoGP musim ini akan berlangsung.
Sirkuit sepanjang 4,428 meter itu sangat akrab di dunia MotoGP. Walau letaknya jauh dari ibu kota, pesona Jerez tak pernah pudar. Di tempat itu sejarah kemenangan dan kekalahan datang silih berganti, sepanjang 30 tahun menghiasi kalender balap motor. Â
Sejak menjadi arena balap roda dua pada 1987, sirkuit yang semula bernama Circuito Permanente de Jerez itu tak pernah absen dari kalender balap. Secara kuantitas sebagai tuan rumah, sirkuit Jerez hanya kalah banyak dari Assen, Belanda.
Bahkan tempat ini telah menjadi favorit penonton bila dibandingkan tiga sirkuit MotoGP lainnya di Spanyol yakni Catalunya, Aragon dan Valencia. Â
Dari data yang dikeluarkan Crash.Net, seperti musim 2014, musim lalu Sirkuit Jerez menduduki tempat kedua di belakang Sirkuit Brno, Republik Ceko, sebagai sirkuit yang paling banyak menyedot perhatian penonton.
Tahun lalu, sepanjang event, tak kurang dari 243.570 fans memadati tribun sirkuit Jerez. Saat balapan tiba sebanyak 122.551 fans datang menonton, nyaris memenuhi sirkuit yang berkapasitas 125 ribu penonton itu.
Jumlah penonton yang datang ke Jerez jauh lebih banyak dari seri pamungkas di Valencia. Magnet rivalitas, Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo yang mencapai klimaks di Valencia mampu menyedot 217 ribu fans sepanjang event. Saat balapan sebanyak 110.130 menjadi saksi drama perjuangan duo Yamaha itu menuju tangga juara.
Entah mengapa Jerez begitu memikat. Selain terletak di daerah yang tak terlalu populer, lintasannya pun tak sepanjang tetangganya, Aragon misalnya.
Pebalap masa depan Indonesia, Ali Adrian pernah merasakan arena tersebut. Kesan pembalap yang kini tampil di kelas Moto2 CEV European Championship menjadi salah satu suara positif.