[caption caption="Chris Coleman diangkat oleh anak-anak asuhnya (gambar:dailymail)"][/caption]
Bisa dipastikan Wales sedang berpesta. Mereka tengan merayakan kemenangan usai mengakhiri masa puasa tak tampil di turnamen internasional selama 58 tahun. Negara bagian Britania Raya itu tak lagi menjadi penggembira apalagi penonton di jagad sepakbola Eropa, mungkin juga dunia.Â
Tahun depan, Euro 2016, Wales ambil bagian. Kekalahan dua gol tanpa balas atas Bosnia Herzegovina di babak kualifikasi, Minggu (11/10) kemarin,  sama sekali tak menguburkan impian Wales yang telah dierami selama separuh abad lebih.
Kerinduan ini terwujud setelah Israel pada waktu bersamaan ditekuk Siprus, 1-2. Otomatis Wales berhak mendampingi sang juara grup Belgia dari Grup B. Padahal masih ada satu laga tersisa. Tetapi laga itu bisa sekadar formalitas, lebih tepat kesempatan menjaga mesin permainan tetap panas, sepanas suasana Wales yang sedang larut dalam euforia mengakhiri penantian panjang sejak terakhir kali berpartisipasi dalam turnamen utama Piala Dunia 1958 di Meksiko.
Patah tulang
Tanda-tanda Wales bakal berbicara banyak sudah terlihat sejak awal babak kualifikasi. Penampilan apik Gareth Bale dan kolega berpelukan dengan kemenangan demi kemenangan. Meski tim ini tak terlalu produktif mencetak gol seperti Belgia misalnya dan tak pernah luput dari kemasukan gol, namun pemasukan sembilan gol dan kemasukan empat gol sejauh ini sudah cukup untuk merengkuh satu tiket lolos otomatis ke Prancis.
Prestasi Wales yang membaik berjalan lurus dengan rangking dunia FIFA. Dengan perhitungan tesendiri dan dalam arti tertentu, Wales telah melampaui kiblat sepakbolanya bahkan lepas dari bayang-bayang Inggris. Wales kini berada di posisi delapan, dua tingkat di atas sang 'induk semang'.
Kesuksesan ini tak hanya menjadi kebanggaan bersama publik Wales. Bukan saja Wales secara keseluruhan yang menorehkan sejarah, tetapi juga Chris Coleman. Ya pria yang berada di balik kesuksesan Wales dengan racikan strategi dan sentuhan tangan dinginnya.
Jika mata rantai penantian tak terputus, nama Coleman akan tetap tenggelam bersama Wales. Karena itu keberhasilan Wales sedikit banyak adalah keberhasilan Coleman pula.
Tak banyak yang tahu siapa itu Coleman. Mungkin hanya sebatas masyarakat Wales atau sejumlah pihak yang pernah berkenalan baik secara pribadi maupun profesional dengannya. Atau jika ada yang tahu bisa jadi hanya tahu bahwa ia seorang manajer sepakbola.
Namun perjalanan Coleman untuk meraih kesuksesan tak lebih pendek dari kerinduan masyarkat Wales menyaksikan tim kesayangannya ambil bagian di turnamen utama. Coleman sejak dilahirkan di Swansea harus melewati jalan panjang penuh liku hingga sukses menyamai prestasi Jimmy Murphy yang membawa Wales  ke turnamen utama 58 tahun lalu.