Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bergegas bersama Jokowi, Berjaga bersama JAGADIRI

12 Desember 2016   12:04 Diperbarui: 12 Desember 2016   15:50 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Wido bersama Ibu Iriana berjalan bersama dengan pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg di Silicon Valley, California, AS pada pertengahan Februari 2016/Kompas.com/KOMPAS/SONYA HELEN SINOMBOR

Pada awal tahun, tepatnya Februari 2016, Presiden Joko Widodo menyambangi pusat ekonomi kreatif dunia, Silicon Valley, Amerika Serikat. Tak ada yang menyangsikan Lembah Silikon yang terletak di negara bagian California itu sebagai pusat industri kreatif dunia. Di sana start up teknologi bermula, berkembang, dan sekarang menjadi sentrum sekaligus kiblat dunia.

Bila membuka lembaran sejarah daerah selatan dari San Francisco Bay Area itu akan kita temukan kisah Larry Page dan Sergey Brin yang menciptakan Google dalam garasi mobil pada September 1998. Pada 1976, di tempat yang sama Steve Jobs dan Steve Wozniak mengawali kerja kreatif untuk teknologi yang sekarang meraksasa dalam diri Apple Computer.

Jauh sebelum itu, Bill Hewlett dan Dave Packard lebih dulu mendirikan Hewlett Packard (HP) pada 1939. Rumah tempat keduanya mulai merintis perusahaan raksasa itu masih tetap lestari karena diyakini sebagai cikal bakal lahirnya Silicon Valley.

Bill dan Dave, demikian pun Larry dan Sergey, dan satu lagi,  Mark Zukerberg, sang programer komputer yang kemudian menciptakan situs jejaring sosial Facebook,adalah bagian kecil dari sejarah industri kreatif di Lembah Silikon itu.

Tak terhitung berapa banyak industri kreatif yang menancapkan kukunya di sana dan memberikan pengaruh dan kontribusi penting kepada dunia melalui teknologi dan perusahaan rintisan.

Tak pelak ketika orang nomor satu di negeri ini menginjakkan kaki di sana, selain rasa takjub yang sangat, juga rasa sesal bercampur cemburu.

“Saya langsung merasa kalau Indonesia telah begitu jauh tertinggal. Dan kita harus bergerak cepat untuk mengejar ketertinggalan tersebut,” tandas Jokowi (sumber).

Indonesia bergerak

Di satu sisi pernyataan Jokowi di atas benar adanya. Namun perkembangan  teknologi rintisan (start up) yang menggila akhir-akhir ini menjadi sinyal positif. Seperti pada dekade 1990-an hingga 2000-an saat trend Start Up mulai mengglobal dilecut oleh fenomena buble dot-com, kini tak terhitung berapa banyak perusahaan serupa mulai menghirup kehidupan di tanah air.

Mengutip Rama Mamuaya, CEO dailysocial.net start up yang tengah tumbuh di tanah air mencakup start Up pencipta game, Start Up aplikasi edukasi dan Start Up perdagangan seperti e-commerce (e-dagang) dan informasi (sumber).

Setidaknya ada tiga alasan mengapa start up tersebut cepat berbiak dan akan mendapatkan jaminan hidup yang panjang. Pertama, penetrasi internet yang semakin luas yang kini sudah terjangkau oleh 88,1 juta orang dan nyaris separuh dari antaranya merupakan pengguna harian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun