Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

"I Remember Flores," dari Kopi sampai Negeri di Atas Awan

25 April 2023   21:09 Diperbarui: 25 April 2023   21:10 2083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi Flores Bajawa, juga yang dihasilkan di daerah-daerah pegunungan lain di Flores seperti Waerebo, Manggarai Tengah, Lelak di Manggarai Tengah, hingga Colol di Manggarai Timur, membentuk khazanah kopi nusantara dengan rasa yang nikmat dan aroma yang unik.

Kopi Flores biasanya beraromoa bunga, karamel, kacang-kacangan, dan tembakau. Tumbuh di atas tanah vulkanik dan beriklim tropis, dibudidayakan dengan cara organik membentuk cita rasa tersendiri. Rasa manis dengan tingkat keasaman yang seimbang dengan sejumlah sentuhan rasa yang kaya.

Cita rasa Kopi Flores Bajawa yang khas namun bisa diterima oleh banyak orang. Tingkat keasaman (acidity) medium membuatnya bisa masuk ke lidah semua penikmat kopi.

Setiap kali memperkenalkan diri sebagai orang Flores atau Bajawa, tidak sedikit lawan bicara akan langsung menyambar ke urusan kopi.

Ya, kopi Flores Bajawa memang bikin rindu.

Orang tua

Keempat, di balik aneka sejarah dan keindahan alam yang nikmatnya tiada tara itu, ada alasan lain yang membuat rindu kampung halaman selalu berkecamuk.

Panggilannya terus bergema setiap saat. Ketika tak tertahankan kemudian hanya bisa dijawab dengan air mata.

Orang tua, sebagian besar anggota keluarga, juga kuburan leluhur dan orang-orang tersayang yang masih tegak berdiri di sana adalah sebab yang membuat kampung halaman selalu menjadi kata-kata terindah yang selalu menggetarkan jiwa.

Bila saat pulang kampung tiba, perasaaan gembira begitu meluap-luap. Tidak hanya rindu pada orang-orang terdekat akan segera tertunaikan, juga melihat lagi dari dekat ciptaan Tuhan yang masih terjaga dalam rupa alam yang asri, orang-orang sederhana yang tampil apa adanya, geliat ekonomi yang berputar lambat namun memberikan kecukupan materi, berikut simbol-simbol peradaban yang mengirim banyak pesan bermakna.

Semakin panjang saya menulis, bisa saja akan berubah menjadi bait-bait puisi melankolis. Seperti Kapten Tasuku Sato pada Flores, demikian juga saya pada kampung halaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun