Kapten Tasuku Sato, seorang Komandan Angkatan Laut Jepang pernah menulis sebuah buku yang berisi percikan refleksi atas pengalaman singkatnya di Pulau Flores.
Judul buku itu, sebagaimana menjadi bagian dari judul tulisan ini, adalah I Remember Flores atau Aku Terkenang Flores.Â
Kapten Tasuku Sati berangkat dari Jepang pada 1943. Ia berada satu pesawat dengan tiga orang tak dikenal yang kemudian diketahuinya adalah Uskup Ogihara dari Hiroshima, Uskup Agung Yamaguchi dan sekretarisnya Pater Iwanaga dari Nagasaki.
Banyak hal yang ia temui, terutama penghayatan iman orang Flores, dalam rentang waktu tiga tahun bertugas di Flores sebelum kembali ke Jepang pada 1946, tak lama setelah perang berakhir.
Ia seperti tak bisa untuk tidak bersaksi. Ia sungguh tersentuh denga napa yang ia lihat dengan mata kepala sendiri.
Sato kemudian ingin dipermandikan. Ia mengakhiri kenangannya dalam buku tersebut dengan permenungan menarik. Diakhiri dengan pengakuan yang kemudian menjadi judul buku legendaris bertahun terbit 1957 itu.
"Tidak sulit melihat tangan Tuhan dalam penempatan saya di Pulau Iman selama tahun-tahun perang. Bekas-bekas jari-Nya masih membekas di banyak tempat di mana saya dibimbing-Nya dengan lemah lembut dan diselamatkan-Nya dari banyak bahaya. Untuk itulah saya bersyukur kepada Tuhan. Dan untuk itu pulalah maka "I remember Flores!"
Terkenang Bajawa
Banyak orang yang pernah ke Flores tentu punya kesan beragam. Hampir pasti tidak ada yang keberatan dengan pesonanya, persis seperti nama yang disandang.