Angka-angka tersebut jelas menjadi kabar yang tidak selalu menggembirakan. Di tengah semangat dan sukacita orang-orang untuk merayakan momen spesial di kampung halaman, ada risiko yang mengintai.
Secara umum, angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas masih tinggi. Tiap tahun, rata-rata 27 ribu orang kehilangan nyawa akibat kecelakaan lalu lintas. Â Hal tersebut setara dengan 3-4 orang meninggal per jam.
Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), menukil detik.com (26/3/2023) menyebut kerugian ekonomi akibat masalah lalu lintas itu mencapai Rp448 triliun-Rp470 triliun (2,9 persen-3,1 persen dari PDB).
Perlu menjadi catatan dan perhatian, mayoritas atau sekitar 73 persen dari kecelakaan lalu lintas itu melibatkan kendaraan roda dua dan roda tiga.
Sebabnya bermacam-macam. Djoko mengutip data Korlantas Polri 2022, penyebab kecelakaan mulai dari pelanggaran kecepatan (34 persen), ceroboh saat berkendara (32 persen), kondisi awal kendaraan (17 persen), melanggar lalu lintas (7 persen), melakukan aktivitas lain (6 persen), dan gagap memberi isyarat (4 persen).
Dari berbagai sebab dan persentase di atas tentu kita bisa memerincinya lebih jauh dan panjang. Intinya, penggunaan kendaraan roda dua tidak bebas risiko, bahkan punya dampak besar bagi keselamatan jiwa, terlepas dari faktor manusia maupun kendaraan.
Kita bisa membayangkan dengan angka pergerakan pemudik dan kendaraan yang tak terkendali selama musim mudik Lebaran, maka potensi masalah yang akan ditimbulkan juga berbanding lurus.
Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub menyebutkan di 2023 ada potensi 25,13 juta unit motor akan digunakan selama periode mudik lebaran 2023. Sepeda motor masih menjadi pilihan utama setelah mobil pribadi yang mencapai 27,32 juta unit.
Mengapa tetap roda dua?
Pemerintah apalagi berstatus selain itu tentu sulit untuk mengontrol pilihan orang saat bepergian. Setiap orang punya alasan tersendiri di baliknya.
Kita bisa menyebut beberapa. Orang lebih memilih kendaraan roda dua karena sifatnya yang praktis, bisa dikendarai kapan saja, melewati berbagai medan, hingga mampu digunakan dengan leluasa di kampung.