Sebaiknya dikonsultasikan dengan pemuka agama dan terutama dokter untuk menentukan individu itu perlu berpuasa atau tidak. Kalaupun berpuasa, dokter akan memberikan gambaran akan tingkat keamanan dan keselamatannya.
Apalagi bila tengah mengonsumsi obat tertentu. Perlu konfirmasi ke pihak berkompeten untuk mendapatkan jawaban atas sejumlah kemungkinan.
Misalnya, apakah bisa melewatkan konsumsi obat dengan aman? Pun seandainya harus mengonsumsi obat, apakah memungkinkan untuk diminum tanpa makanan dan cairan?
Pada akhirnya kondisi tubuh setiap orang berbeda-beda. Besarnya niat tetap tidak bisa mengatasi keterbatasan fisik, terutama bila mengidap penyakit serius atau dalam kondisi yang sungguh tidak ideal untuk tidak makan dan minum dalam jangka waktu lama.
Bila mereka tidak enak badan maka pilihan terbaik adalah beristirahat. Selanjutnya, mempertimbangkan meminum jus dan perlu segera berkonsultasi dengan dokter bila gejala tidak membaik.
Kedua, mari kita melihat kasus per kasus. Menurut penelitian sebagaimana menukil uclahealth.org, individu dengan penyakit jantung tertentu, tidak berisiko menjalankan puasa selama Ramadan.
Bila dilakukan dengan aman, justru puasa itu bisa membantu meningkatkan kesehatan jantung. Kasus ini terutama pada pasien yang gejala penyakit jantungnya muncul secara dapat diprediksi, misalnya selama berolahraga atau sedang stress.
Bila seseorang telah didiagnosis mengalami masalah jantung demikian, maka tetap penting mendapatkan rekomendasi dokter sebelum memutuskan berpuasa.
Selanjutnya penting untuk selalu monitor keadaan dan mengabarkan setiap perubahan kepada dokter Anda.
Bagaimana dengan penderita diabetes?
Penderita diabetes tipe 1 sesungguhnya tidak disarankan berpuasa. Bila memaksakan diri berpuasa maka harus dilakukan dalam pengawasan ketat oleh dokter. Dokter perlu memantau gula darah setiap hari untuk memastikan keamanan pasien tersebut.