Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Platform Merdeka Mengajar, antara Panjat Pohon dan Fatalisme

2 April 2023   12:38 Diperbarui: 2 April 2023   12:53 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menunjang kelancaran Kurikulum Merdeka, dibutuhkan Platform Merdeka Mengajar. Sementara platform Merdeka Mengajar bisa berjalan optimal dengan bantuan teknologi baik perangkat keras maupun lunak yang memadai, dengan internet sebagai salah satu komponen penting, di samping infrastruktur dasar lainnya seperti listrik.

Dari sisi Platform Merdeka Mengajar sendiri masih banyak harapan yang dikumandangkan. Beberapa bisa disebutkan di sini.

Pertama, tambahan fitur unggahan hasil karya siswa dan fitur unduhan serifikat untuk guru yang melakukan pelatihan mandiri.

"Sehingga kami bisa berbagi RPP buatan sesama guru, dokumentasi foto-foto siswa, dan untuk bukti karya seperti video dapat terkoneksi ke YouTube, agar bisa dilihat guru-guru lain," harap Vivi.

Kedua, tujuan Platform Merdeka Mengajar adalah menciptakan ekosistem kolaboratif untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan membangun iklim pembelajaran yang positif. Pada gilirannya akan meningkatkan mutu pembelajaran dan kualitas peserta didik.

Apakah Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar akan dengan sendirinya menjamin hal tersebut?

Selain kerja keras pemerintah, dibutuhkan kolaborasi nyata dari setiap komponen, hingga ke level terbawah.

Diharapkan para guru memiliki semangat, inisiatif, dan kreativitas agar Kurikulum Merdeka benar-benar memerdekakan peserta bukan sebaliknya justru meninabobokan dan menimbulkan kebosanan.

Lebih parah lagi, bila berbagai kemudahan yang ada justru mematikan kreativitas dan sikap kritis. Jangan sampai memantik mental fatalistik: "nrimo" atau "taken for granted" baik di kalangan guru maupun siswa.

Karena itu, peningkatan kompetensi dan profesi guru tetap harus berjalan. Meski peluang melakukannya secara mandiri sangat terbuka lebar, tetap dibutuhkan pengawasan bahkan pelatihan hingga sertifikasi lanjutan yang terstruktur, sistematis, dan menyeluruh.

Ilustrasi: dokumen pribadi
Ilustrasi: dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun