Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Platform Merdeka Mengajar, antara Panjat Pohon dan Fatalisme

2 April 2023   12:38 Diperbarui: 2 April 2023   12:53 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara yang disebutkan terakhir yang memuncaki ranking klasemen di ASEAN punya kecepatan internet di angka 85,15 Mbps sekaligus menempati posisi ke-16 di dunia.

Infografis: dokumen pribadi
Infografis: dokumen pribadi

Lambatnya koneksi internet masih menjadi persoalan. Situasi ini jelas kurang ideal untuk mendukung Kurikulum Merdeka.

Untuk mengakses Plaform Merdeka sungguh dibutuhkan koneksi yang cepat. Berbagai aktivitas digital seperti mengunduh, memutar, mengunggah, dan berbagi materi entah berupa teks, gambar, apalagi video, dengan kapasitas tertentu sungguh mensyaratkan keandalan jaringan.

Di negeri ini, tidak hanya masih banyak yang belum terkoneksi internet, yang sudah terkoneksi pun harus berpelukan dengan kenyataan miris: kecepatan jaringan belum memadai. Bahkan status terkoneksi pun bisa saja hanya di atas kertas. Praksis di lapangan sungguh jauh panggang dari api.

Banyak cerita berserliweran di media massa dan media sosial terkait perjuangan masyarakat untuk mendapatkan jaringan internet. Masih banyak yang harus berjuang ekstra mencapai tempat yang tinggi atau bahkan harus memanjat pohon agar bisa mendapat sambungan internet.

"Untuk mencari SIGNAL mereka jalan kaki ke perbukitan hampir 2 km dari permukiman," unggahan di akun Facebook Renni Rosari Sinaga, Sabtu (1/8/2020).

"Mereka berjuang. Mereka memanjat pohon dengan antrian. Mereka menulis di rerumputan. Mereka melawan dingin dan cuaca yang kadang kurang bersahabat dengan situasi yang mereka hadapi," tutup Renni.

Sejumlah siswa di Kabupaten Simalungin terpaksa memanjat pohon untuk mencari sinyal: Facebook Renni Rosari Sinaga via Kompas.com.
Sejumlah siswa di Kabupaten Simalungin terpaksa memanjat pohon untuk mencari sinyal: Facebook Renni Rosari Sinaga via Kompas.com.

Pemandangan yang menyayat hati ini bisa dipastikan masih terjadi hingga hari ini. Salah satunya di daerah dari mana leluhur saya berasal, di salah satu pelosok di Pulau Flores, NTT. Di tempat Anda?

Fatalisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun