Guru SD Negeri Jarit 01, Lumajang, Vivi Wahyuni mengaku kehadiran platform ini membuatnya bisa menjalankan peran ganda sebagai guru sekaligus ibu rumah tangga.
"Biasanya kita guru-guru itu kebanyakan waktunya penuh ya di sekolah. Di rumah sudah capek, mau buka laptop ini bagaimana, pokoknya ruwet, apalagi ibu-ibu seperti saya. Dengan Merdeka Mengajar, kita tinggal pegang telepon genggam saja, kita bisa menonton video inspirasi, bisa melihat inovasi guru lain, yang kalau memang cocok, bisa langsung kita gunakan."
Tersedianya segala sesuatu dalam genggaman, baik untuk kepentingan dan kebutuhan para guru maupun murid, tentu menjadi dilematis.
Di satu sisi, akan sangat membantu kerja dan proses pembelajaran. Di sisi lain, justru mengebiri pembelajaran yang memerdekakan itu.
Guru yang tidak kreatif akan menelan mentah-mentah segala sesuatu yang tersedia entah sesuai atau tidak dengan kondisi aktual.
Begitu juga, para guru bisa saja tutup mata terhadap kondisi riil di lingkungannya dengan tanpa perlu menyeleksi materi atau modul yang dilakukan guru lain asalkan tugasnya tertunaikan dan kewajibannya terlaksana. Salin-tempel (copy-paste) tanpa pemahaman dan seleksi justru mematikan kemerdekaan berpikir dan berkreasi.Â
Platform Merdeka Mengajar harus benar-benar  terarah pada Merdeka Belajar secara optimal!
Panjat pohon
We Are Social, perusahaan media asal Inggris menunjukkan dalam laporan terbarunya, per awal 2023, pengguna internet di Indonesia menginjak angka 212.9 juta. Tingkat penetrasi bertahan di angka 77 persen.
Dari antaranya sebanyak 167 juta orang (60,4 persen) adalah pengguna sosial media. Bila ditotal, sekitar 353.8 juta koneksi seluler aktif pada awal tahun ini.
Laporan tersebut menunjukkan kenyataan bahwa saat ini sebagian besar penduduk Indonesia yang berjumlah 276,4 juta sudah tersambung jaringan internet.