Ketika berbicara tentang perubahan, saya selalu teringat adagium Latin yang sudah menjadi klasik tetapi senantiasa aktual. Tempora mutantur et nos mutamur in illis. Artinya, waktu berubah dan kita pun ikut berubah di dalamnya.
Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Sejalan dengan pendapat filsuf Yunani antik Heraclitus bahwa tidak ada yang tinggal tetap selain perubahan itu sendiri.
Dalam semangat itu, kita melihat perubahan arah kebijakan pendidikan di Indonesia sebagai sesuatu yang tak terhindarkan.
Hadirnya Kurikulum Merdeka untuk mulai diterapkan pada tahun ajaran 2022/2023 bukan lagi basa-basi. Sudah menjadi sebuah opsi yang bisa dipilih oleh satuan pendidikan.
Di sana, keluasaan dan kemudahan para pendidik menerapkan pembelajaran yang lebih mendalam, sesuai kebutuhan peserta didik, dan berfokus terutama pada penguatan karakter.
Salah satu aspek penting dalam penerapakn Kurikulum Merdeka adalah Platform Merdeka Mengajar.
Sebagaimana diterangkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim, melansir Kompas.com (19/8/2022), Platform Merdeka Mengajar bertujuan membantu para guru mengajar sesuai kemampuan murid, menyediakan latihan untuk meningkatkan kompetensi, berkarya, serta menginspirasi rekan sejawat.
Dengan kata lain, plaform teknologi menjadi medium, perpanjangan tangan, serentak teman penggerak bagi guru dan kepala sekolah untuk mengajar, belajar, dan berkarya.
Dari sana sumber inspirsai dan referensi berasal. Kehadirannya jelas untuk membantu penerapan Kurikulum Merdeka agar lebih aktual, efektif, dan kontekstual.