Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kunci "Comeback" Sensasional Madrid di Kandang Liverpool dan PR Besar Klopp

22 Februari 2023   09:57 Diperbarui: 22 Februari 2023   16:43 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karim Benzema, Vini Jr, dan Militao merayakan gol ke gawang Liverpool di leg pertama 16 besar Liga Champions: AFP/Paul Elis

Jurgen Klopp mengaku sebelum laga dirinya tak sabar terlibat dalam salah satu pertandingan paling ditunggu-tunggu banyak orang. Pria asal Jerman itu ingin memperlihatkan Liverpool yang sesungguhnya di hadapan Real Madrid, setelah menjalani separuh musim yang meragukan.

Ternyata, target besar itu tidak seindah yang diharapkan. Duel leg pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa, Rabu (22/2/2023) dini hari WIB masih menunjukkan wajah The Reds yang babak-belur.

Bermain di kandang sendiri di Stadion Anfield tak otomatis membuat segala sesuatu menjadi mudah. Tantangan justru lebih berat karena harus membuktikan diri di hadapan mayoritas pendukung. Tamparan akan terasa lebih kuat bila sampai menelan pil pahit.

Itulah akhir cerita yang dialami Klopp dan pasukannya. Kekalahan telak 2-5 dari tim paling sukses di kompetisi itu menunjukkan banyak hal masih harus dibenahi Liverpool bila ingin kembali bersaing di pentas elite itu.

Liverpool takluk 2-5 setelah sempat memimpin dua gol. Liverpool langsung tancam gas di 14 menit pertama. Dua gol mereka lesakkan ke gawang Thibaut Courtois, masing-masing melalui Darwin Nunez di menit keenam dan Mohamed Salah delapan menit berselang.

Gol kedua tidak lepas dari blunder fatal kiper internasional Belgia. Penyesalan mantan kiper Chelsea itu tidak sebesar yang dialami Allison Becker, kiper tuan rumah yang tak mampu menghindari kesalahan, apalagi menjaga gawangnya tetap steril hingga akhir laga.

Allison coba menyapu bola namun justru mengenai kaki Vinicius Junior yang berujung gol di menit ke-36. Itu gol penyama kedudukan, setelah 15 menit sebelumnya pemain yang sama menandai titik balik Los Blancos dengan gol pembuka.

Ya, mampu mengejar ketertinggalan hingga memaksa babak pertama sama kuat adalah separuh kisah yang diukir Madrid sebelum dilengkapi menjadi akhir yang indah setelah jeda.

Eder Militano membuat Madrid berbalik memimpin di menit ke-47. Giliran Karim Benzema yang menunjukkan pesona dengan sepasang gol, masing-masing di menit ke-55 dan 67 untuk membenamkan Liverpool ke jurang ketakberdayaan.

Sejumlah sebab

Bagi yang menyaksikan pertandingan live atau hasil rekaman tentu bisa melihat dengan mata kepala sendiri dan mencerna sebab di balik hasil akhir itu.

Sebagai penegasan, secara statistik sesungguhnya tidak ada perbedaan signifikan di antara kedua tim. Liverpool memang sedikit unggul ball possession dengan persentase 52 berbanding 48 persen.

Dari sisi peluang, kedua tim punya sembilan kesempatan melepaskan tembakan. Hanya saja, Madrid memiliki tingkat efektivitas lebih tinggi dengan enam di antaranya "on target" dan sebagian besarnya berujung gol. Liverpool hanya mampu menghasilkan dua gol dari lima tendangan tempat sasaran.

Di balik angka-angka itu sesungguhnya terkandung sejumlah hal yang pada akhirnya menjadi pembeda.

Liverpool memulai perjalanan mereka untuk menjaga ambisi di Liga Champions dengan manis. "Ledakan" awal yang sanggup membuat Madrid porak-poranda.

Di luar lapangan para penggemar yang terlanjur geram dengan tuduhan sebagai penanggung jawab atas kekacauan di final musim lalu di Paris semakin bersemangat.  Bentangan spanduk "UEFA Liars" dan cemoohan pada lagu Liga Champions adalah bukti kemarahan.

Seperti kita tahu, kedua tim bertemu semusim sebelumnya di partai pamungkas yang berakhir buruk bagi Liverpool melalui gol semata wayang Vinicius Junior di menit ke-59.

Sayangnya, gol brilian Nunez dan kesalahan Courtois bisa direspon Madrid melalui gol tak kalah ciamik dari Vini lalu kesalahan dari penjaga gawang tuan rumah.

Madrid mampu merespon permainan tempo tinggi Liverpool yang begitu mematikan di awal dengan ketenangan, kesabaran, dan kematangan mereka.

Kesalahan dan kinerja lini pertahanan yang kurang memuaskan menjadi sasaran empuk eksploitasi para pemain Madrid yang terkenal tak kenal ampun memaksimalkan kesempatan.  

Tidak hanya Allisson, Joe Gomez pun ikut menorehkan malam suram bagi Liverpool ketika membelokkan tendangan Benzema untuk menjadi gol pertama bagi striker senior Prancis itu.

Begitu juga lini tengah. Fabinho dan Jordan Henderson kewalahan menjaga keseimbangan, termasuk menandingi Luka Modric.

Modric yang sudah berusia 37 tahun masih sanggup memperlihatkan kualitasnya yang membuat lini tengah Liverpool seperti tak berdaya. Pergerakan dan kekuatan pemain senior Kroasia itu kemudian membuat para fan Liverpool tak bisa tidak bertepuk tangan ketika ditarik keluar menjelang bubaran.

Modric yang menjadi salah satu bagian krusial, ditopang oleh Federico Valverde dan Eduardo Camavinga. Di lini depan Vinicius dan Benzema sungguh berperan.

Perpaduan antara pemain berpengalaman dan pemain muda yang apik. Lima dari mereka yang bermain di Anfield telah memenangkan lima trofi Eropa yakni Benzema, Dani Carvajal, Nacho, Modric, dan Toni Kroos.

Vini yang baru berusia 22 tahun saling berbagi ruang dengan Benzema. Benzema mencetak gol di final 2018 dan Vini melakukannya di Stade de France tahun lalu.

Kedua pemain itu berada di daftar teratas pencetak gol terbanyak Madrid di semua kompetisi musim ini. Vini sudah mengemas 16 gol, sedangkan Benzema yang adalah pemenang Ballon d'Or membuntutinya dengan 14 gol.

Di usia 35 tahun, Benzema menorehkan cerita lain di pentas Liga Champions. Ia menjadi pemain tertua yang mampu mencetak gol di Anfield.

Veteran itu ikut menodai keangkeran Anfield sebagai tim pertama yang mampu mencetak lebih dari tiga gol dan sanggup bangkit dari ketertinggalan dua gol untuk memenangi Liga Champions dengan selisih tiga gol.

Madrid sudah memiliki Vini sebagai penerus Benzema. Sosok yang oleh Carlo Ancelotti dan diamini Klopp sebagai salah satu pemain depan terbaik di dunia saat ini.

"Saya pikir, saat ini, Vinicius Junior adalah pemain paling menentukan di mana pun di dunia - yang paling menentukan pertandingan secara konsisten," tandas Ancelotti melansir bbc.com.

Mentalitas

Selain kualitas individu dan soliditas tim, mentalitas Madrid memang jempolan. Di tangan pelatih dengan rekam jejak tak tertandingi, tim itu kian mengagumkan.

Musim lalu, di tengah berbagai prediksi yang kurang diunggulkan, mereka mampu berbicara banyak dengan cara yang membuat orang berdecak kagum.

Mereka menyajikan sejumlah momen kebangkitan. Di tangan Madrid, "comeback is real." Tim-tim jagoan dari Liga Premier Inggris seperti Chelsea hingga Manchester City di semifinal dikalahkan dengan cara yang sama.  

Kemudian berpuncak di Paris dengan mengalahkan tim dari kompetisi yang sama.  Vini menjadi katalisator serentak penentu. Tembakan silang mampu melewati penjagaan Alisson.

Inspirasi Modric dan Benzema membuat para pemain muda tidak kehilangan harapan. Tertinggal dua gol begitu cepat tidak meruntuhkan semangat. Keyakinan dan mental baja itu mereka buktikan lagi di Anfield kali ini.

PR Besar Klopp

Jelas lini tengah Liverpool adalah pekerjaan rumah bagi Klopp. Juga konsistensi lini serang untuk tetap menjaga api semangat sekalipun telah ketinggalan sebagaimana terlihat di babak kedua menghadapi Madrid di leg pertama.

Bila tidak membereskannya maka sulit mengharapkan Klopp mengulangi kisah kebangkitan seperti saat menghadapi raksasa LaLiga lainnya yakni Barcelona pada edisi 2019. Defisit tiga gol di leg pertama, lalu berbalik mengunci kemenangan empat gol tanpa balas di pertandingan kedua.

Situasi kali ini jelas berbeda. Madrid bukan Barcelona. Meski Barca punya tren di pentas domestik lebih bagus ketimbang Madrid-dengan Barca memuncaki klasemen dengan selisih poin cukup signifikan-di pentas Eropa, Madrid adalah rajanya.

Madrid yang sudah mengoleksi 14 gelar dengan sembilan dua gelarnya diraih dalam perebutan dengan Liverpool di final, sementara Barcelona masih berkutat di Liga Europa untuk menemukan jalan pulang ke kasta teratas, masih menjadi tim yang sulit ditaklukkan.

Apalagi Madrid akan menjadi tuan rumah untuk leg kedua di Spanyol.

Kita menunggu, apakah Klopp sanggup menorehkan prestasi paling spektakuler dalam sejarah klub bahkan Liga Champions.

Rasa-rasanya sulit. Justru Madrid makin difavoritkan untuk meraih gelar ke-15.

Kita lihat saja nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun