Sedangkan di kubu Maroko, Walid Reragui yang dikenal sebagai pelatih yang cerdas dalam menyusun taktik dan tahu bagaimana memetik kemenangan tanpa mengambil terlalu banyak risiko cukup kerepotan ketika masalah menimpa beberapa pemain utama.
Secara umum, mereka unggul dalam penguasaan bola. Mereka membuat para pemain Prancis ketar-ketir. Babak pertama dan awal babak kedua yang mendebarkan bagi para penonton. Namun, terbukti tidak bisa mengulangi catatan impresif yang dilakukan di laga-laga sebelumnya.
Kondisi sang kapten, Romain Saiss dan tandemnya di lini belakang Nayef Aguerd yang tengah bermasalah menjadi pukulan tersendiri. Saiss tak bisa bertahan lebih lama dari 21 menit pertandingan untuk digantikan Selim Amallah.
Aguerd yang menghabiskan sebagian besar musim ini di bangku perawatan malah tidak diturunkan sama sekali. Ia digantikan di akhir pemanasan oleh pemain berusia 23 tahun yang bermain untuk Brest, Achraf Dari.
Absennya Saiss kemudian bergantung pada Amallah dan Dari menjadikan pertahanan Maroko sangat darurat. Dalam kesulitan, cukup terlihat kekuatan di sana. Namun, mereka sama sekali tidak bisa benar-benar membangun tembok kokoh seperti yang ditunjukkan selama ini.
Ketiga, ketenangan.
Maroko begitu bersemangat baik di dalam maupun di luar lapangan. Dukungan kepada tim ini datang dari mana-mana.
Para pemain Prancis jelas terganggu dengan suara bising yang datang dari sisi lapangan. Setiap kali para pemain Prancis menguasai bola, mereka akan diganggu dengan suara yang memekakkan telinga.
Dalam situasi penuh tekanan seperti ini, para pemain Prancis tetap tenang. Permainan mereka tetap terorganisir dan bisa menyelesaikan tantangan.
Mereka memiliki ambisi untuk menambah koleksi gelar, namun tidak membuat mereka bermain serampangan. Pergantian yang dilakukan Deschamps pada area pertahanan yang sungguh berisiko bisa dijawab oleh para pemain dengan penuh tanggung jawab.
Deschamps yang kini berusia 54 tahun memiliki memori indah baik sebagai pemain maupun pelatih. Ia adalah kapten ketika mereka merebut mahkota ema situ di kandang sendiri pada 1998.