Kini Syabda menjadi harapan terakhir Indonesia untuk berjaya di turnamen grade tiga, sekaligus yang terakhir di Negeri Jiran setelah Malaysia Masters World Tour Super 500 dan Malaysia Open World Tour Super 750.
Turnamen ini memang menjadi kesempatan bagi para pemain muda untuk ambil bagian. Indonesia mengirim 27 wakil yang terdiri dari tujuh tunggal putra, sembilan tunggal putri, lima ganda putra, empat ganda putri, dan dua ganda campuran.
Sayangnya, mereka tak mampu berbicara banyak, terutama saat menghadapi para pemain dari China.
Hanya Syabda yang mampu mengatasi tantangan China. Ia bisa memenangi pertarungan tiga set atas Liu Liang. Walau terlambat panas sehingga kalah di set pertama, Syabda sanggup menemukan titik balik untuk merebut dua set selanjutnya.
Kemenangan tiga gim pemain berperingkat 164, 16-21, 21-11, dan 21-14 atas lawannya yang masih berada di luar lingkaran 300 besar mendekatkannya dengan podium juara.
Ia akan menghadapi penjegal kompatriotnya, Bobby Setiabudi. Bertemu Lan Xi Lei, pemain kelahiran Jakarta, 21 tahun silam, memiliki peluang.
Pertama, ini menjadi kesempatan bagi Syabda untuk menambah gelarnya tahun ini. Sebelumnya, ia berjaya di Lithuanian International dengan mengalahkan rekan senegara, Alwi Farhan, 21-15 dan 21-14.
Pengalaman juara itu sekiranya mempertebal mental dan menambah kepercayaan dirinya.
Kedua, sebagai satu-satunya wakil yang tersisa, Syabda tentu termotivasi untuk mencapai klimaks. Sanggup merebut podium juara akan mengobati kekecewaan sebagian besar rekan-rekannya yang tersisih lebih awal.
Apalagi ia akan menghadapi pemain China yang menyingkirkan rekannya. Selain itu, Sybda berada di final di antara mayoritas pemain China.
Syabda adalah satu dari tiga pemain non-China yang berlaga di final. Syabda bersama Chiu Pin-Chiang (tunggal putra/Taiwan), dan Beh Chun Meng/Goh Boon Zhe (ganda putra/Malaysia) berada dalam kepungan China.