Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Walau Kerap Dihina, 4 Alasan Raheem Sterling Bakal Sangat Berguna bagi Chelsea

12 Juli 2022   10:05 Diperbarui: 13 Juli 2022   18:46 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada lagi aral yang bakal merintangi perjalanan Raheem Shaquille Sterling ke Stamford Bridge. Manchester City sudah rela melepasnya. Chelsea pun sudah sepakat soal mahar yang harus dikeluarkan.

Berbagai detail lain sepertinya sudah rampung. Tes medis pun sudah dilakukan sebagai pintu terakhir menuju penandatangan kontrak.

Para fan The Blues akan segera melihat rekrutan anyar itu berseragam tim kesayangan, kemungkinan saat tur pramusim ke Amerika Serikat dan Italia.

Mengapa transfer pemain 27 tahun itu tetap menarik dibicarakan? Apa istimewanya pemain kelahiran Jamaika yang seperti tak putus dirundung hinaan?

Rekam jejak pria yang berulang tahun saban 8 Desember itu bersama The Citizen bisa digambarkan dalam sketsa terang gelap. Di balik angka-angka statistik yang jelas terbaca, terkandung pesan yang samar-samar terpantul.

Ada sejumlah momen berkesan Sterling di Etihad Stadium. Salah satunya yang masih hangat dalam ingatan dan tentu tidak akan bisa terhapus begitu saja terjadi di laga pamungkas Liga Primer Inggris musim 2021/2022.

Tampil di kandang sendiri, Minggu (22/5/2022) malam WIB, para penggemar The Citizen terdiam hampir lebih dari 45 menit. Bagaimana tidak. Aston Villa yang bertindak sebagai tim tamu dua kali menjebol gawang Ederson Moraes.

Matty Cash dan Philippe Coutinho, masing-masing mencetak gol di menit ke-37 dan 69, sempat membangkitkan harapan penggemar Liverpool. The Reds siap berpesta. Sementara perburuan gelar akan berakhir antiklimaks bagi City lantaran gagal memetik tiga poin kemenangan di laga penghabisan.

Namun, City berhasil mendapat momentum positif dengan masuknya Raheem Sterling. Bersama Ilkay Guendogan, keduanya menjadi aktor bagi terciptanya gol balasan tujuh menit kemudian. Sterling mengirim umpan silang ciamik yang disambut Gundogan dengan tandukan mematikan.

Gol yang menjadi titik balik bagi tuan rumah. Dua menit kemudian, Rodri membuat skor sama kuat. Harapan City kembali membuncah. Menit ke-81, Gondogan kembali mencatatkan namanya di papan skor usai menyambar umpan Kevin De Bruyne. "Comeback" apik yang berakhir manis. City pun naik ke podium juara.

Demikian kenangan penting akan Sterling. Sosok yang kerap difitnah karena penyelesaiannya yang kadang jauh dari memuaskan.

Namun, peran penting di laga-laga krusial sungguh tak bisa dinafikan. Bila tak ada Sterling yang menjadi bagian dari cerita lima menit kebangkitan City, maka Mei lalu akan menjadi bulan kelabu bagi Manchester Biru.

Sejak meninggalkan Anfield pada 2015, Sterling adalah bagian dari proyek besar Guardiola. Tidak ada pemain lain yang mendapat lebih banyak kepercayaan dari Pep Guardiola. Tidak ada pemain lain yang mencetak lebih banyak gol darinya.

Entah apa alasan mendasar Guardiola dan City enggan mempertahankannya, meski hanya untuk menyelesaikan satu tahun sisa kontraknya.

Tentu lebih dari sekadar besarnya bayaran per minggu yang harus mereka keluarkan. Angka 300 ribu poundsterling bukanlah angka yang signifikan untuk klub sekelas City.

Karena besarnya kuasa klub itulah Guardiola seperti tak berdaya untuk mempertahankan pemain yang sudah dikenalnya secara baik selama enam musim. Hal ini tergambar dalam pernyataan pelatih asal Spanyol itu, seperti dilansir dari skysports.com:

"Jika kita menghitung jumlah permainan yang dia mainkan sejak kami bersama, itu banyak. Dia adalah pemain kunci. Di masa depan? Saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Klub yang memutuskan."

Bisa jadi, memang Sterling ingin segera mencari tantangan baru seperti yang dilakukan Sadio Mane. Empat gelar Liga Primer Inggris, berikut Piala Liga dan Piala FA sudah lebih dari cukup.

Saatnya bagi Sterling untuk mengejar sesuatu yang lebih yang belakangan belum mampu dicapai City: Liga Champions.

Menanti Kelanjutan

Chelsea pun bukan tanpa alasan memboyong Sterling. Menyepakati harga yang dipatok City, tak jauh dari angka 50 juta poundsterling seperti yang pernah disyaratkan Guardiola, dibarengi dengan proyeksi tertentu.

Pertama, kepergian Sterling memberi tempat kepada Phil Foden hingga Jack Grealish untuk lebih unjuk gigi, kemudian memberikan persaingan pada Christian Pulisic, Hakim Ziyech, Mason Mount, dan Timo Werner.

Terlepas dari tingkat persaingan yang akan tercipta, kehadiran Sterling memang sungguh dibutuhkan lini depan The Blues. Kemampuan Sterling bermain di kedua sayap hingga menjadi "false nine" yang disukai Thomas Tuchel ketimbang "target man" konvensional.

Kepergian Romelu Lukaku yang dipinjamkan ke Inter Milan membuat kedatangan Sterling terjadi di waktu yang tepat. Hadirnya Sterling adalah bagian dari penyegaran lini serang Si Biru yang tak cukup moncer musim lalu.

Saat menghadapi tim-tim dengan pertahanan solid seperti terlihat di paruh terakhir musim, Chelsea tak bisa berbuat banyak. Tim-tim semisal Manchester City, Brighton, Crystal Palace, Newcastle, West Ham, Everton, Man United, hingga Leicester membuat serangan Chelsea seperti tak bertaji.

Kedua, walau caranya berlari dan menggiring bola kerap menjadi bahan candaan, kemampuannya dalam urusan menembus pertahanan lawan sudah teruji.

Ia adalah pemain yang memiliki kemampuan merangsek langsung ke kotak penalti. Belum ada pemain lainnya di tim Chelsea, selain Callum Hudson-Odoi yang mampu memainkan peran tersebut secara efektif dalam beberapa musim terakhir.

Ketiga, kenyataan bahwa Sterling tidak luput dari rasa frustrasi atas sejumlah keputusan Guardiola yang mengabaikannya di laga-laga penting, menuntutnya untuk menemukan tantangan baru yang yang membuatnya bisa tampil lebih segar.

Memang taruhannya besar. Tidak hanya posisinya di klub tetapi juga tim nasional.

Piala Dunia 2022 tinggal menghitung bulan. Posisinya belum juga aman, meski banyak pengamat yakin satu slot sudah menjadi milik Sterling seperti halnya untuk Harry Kane dan Harry Maguire.

Gareth Southgate masih harus diyakinkan dengan penampilan. Bila tidak, maka sang pelatih akan lebih condong pada Jack Grealish, meskipun risikonya bakal kembali memantik polemik seperti yang terjadi selama perhelatan UEFA Nations League.

Keempat, apakah Sterling bakal sukses di Chelsea? Atau nasibnya akan seperti Lukaku? Soal ini ada hipotesis menarik. Alih-alih mendatangkan pemain dari liga lain, akan lebih berhasil baik bila merekrut pemain dari liga yang sama.

Dibanding Lukaku yang sebelumnya sudah merasa nyaman di Serie A, Sterling sudah sangat mengenal dan terbiasa dengan atmosfer dan iklim kompetisi Liga Premier Inggris. Sterling tidak perlu beradaptasi dengan kerasnya persaingan di kompetisi itu.

Ia hanya perlu menyesuaikan diri dengan visi Tuchel, serta menyelaraskan diri dengan para pemain lain untuk menerjemahkan taktik sang pelatih. Mengerahkan kemampuan terbaiknya niscaya ia akan sangat berarti bagi Chelsea.

Selamat datang, Sterling!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun