Hijrah adalah pengalaman yang berat. Apalagi bila menyangkut tempat tinggal. Setelah sekian tahun nyaman di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, karena satu dan lain alasan, kami terpaksa berkelana ke provinsi tetangga. Depok, Jawa Barat.
Urusan berpindah tempat tinggal serentak menyeret beragam tetek-bengek. Mulai dari barang bawaan, administrasi, hingga kelengkapaan komunikasi.
Tidak mudah memang. Memakan banyak waktu, energi, dan konsentrasi. Dalam situasi seperti itu, menempatkan urusan dalam skala prioritas adalah utama. Tujuannya agar hal yang utama tidak sampai dikorbankan sehingga berdampak pada yang lain.
Soal internet menjadi salah satu prioritas bagi seorang pekerja kantoran yang selalu berurusan dengan jagad maya. Ia adalah senjata. Malah, sudah menjadi kebutuhan. Bekerja dari mana saja, termasuk dari rumah. Apalagi dalam kondisi yang mengharuskan “work from home.”
Memiliki sejumlah perangkat mulai dari telepon genggam hingga laptop dengan beragam fungsi penting yang harus dimainkan membuat kebutuhan akan jaringan internet yang handal adalah harga mati.
Bisa dibayangkan betapa repotnya bila dalam sehari, selama lebih dari 10 jam kerja, dan lebih dari itu selalu ditemani gawai bila tidak disokong layanan internet yang memadai.
Urusan akan bertambah rumit. Pindah rumah yang sudah sangat merepotkan akan bertambah pelik oleh masalah internet.
Sejak di Pamulang, saya tidak pernah hijrah dari IndiHome. Rumah boleh berganti, namun layanan dari Internetnya Indonesia, PT Telkom Indonesia tetap tak tergantikan. Banyak provider menawarkan diri, mengapa posisi IndiHome tak juga tergusur?
Pertama, sejak memutuskan untuk pindah, salah satu hal yang masuk dalam daftar pertimbangan adalah layanan komunikasi.
Tidak hanya akses jalan, fasilitas dan transportasi publik. Tetapi juga keterjangkauan jaringan internet.