Tur Asia Tenggara masih berlanjut. Dua seri turnamen yang baru saja usai di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, tempat Indonesia Masters dan Indonesia Open 2022 sedikit-banyak menjadi tolak ukur bagi tiga turnamen beruntun yang dimulai pekan ini. Mulai dari Malaysia Open, Malaysia Masters, hingga Singapore Open.
Betapa tidak. Penampilan para pemain di turnamen Super 500 dan Super 1000 di Tanah Air akan menunjukkan seperti apa peta persaingan di turnamen-turnamen berikutnya.
Ketiga turnamen yang mulai digelar Selasa, 28 Juni adalah juga turnamen level atas yang akan diikuti oleh para pemain top dunia.
Mereka yang tampil di Istora berpeluang besar kembali unjuk gigi di  turnamen Super 750 dan Super 500 di Negeri Jiran dan Super 500 sepekan kemudian di Negeri Singa.
Selain level turnamen yang semakin bergengsi, perhelatan di Malaysia akan mengobati kerinduan publik tuan rumah dan para pebulutangkis dunia setelah dua tahun absen tersebab pandemi Covid-19.
Tak heran antusiasme sudah terlihat sejak tiket pertandingan di Arena Axiata, Kuala Lumpur, mulai dijual. Menurut media setempat, tak butuh waktu lama memunculkan status  "sold out".
Soal Nasionalisme Lee Zii Jia
Para pebulutangkis tuan rumah akan memanfaatkan laga kandang sebagai kesempatan untuk meraih prestasi. Nasib para pemain Malaysia di tur Indonesia sedikit lebih mengenaskan dibanding Indonesia.
Para pemain yang diharapkan bisa berbicara banyak seperti Lee Zii Jia dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik tak bisa bersaing setidaknya hingga babak final. Jepang, China, Korea Selatan, dan Denmark begitu dominan.
Lee Zii Jia menunjukkan keseriusannya untuk fokus menghadapi agenda BWF, mulai dari Malaysia Open hingga Kejuaraan Dunia pada Agustus nanti di Tokyo, Jepang.