Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Bass/Popor, Momota, Minions, dan Para Raksasa Bertumbangan, Istora Tetap "Eaa.. eaa.. eaa"

17 Juni 2022   09:32 Diperbarui: 17 Juni 2022   16:47 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patut diakui Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta kali ini tidak bersahabatan dengan para pemain unggulan.

Sepanjang dua turnamen elite yang digelar di tempat bersejarah itu, mulai dari Indonesia Masters pekan lalu dan berlanjut dengan Indonesia Open yang tengah berlangsung, sejumlah pemain atau pasangan yang difavoritkan juara justru terjungkal lebih awal.

Mereka belum bisa menampilkan permainan terbaik. Di sisi lain, lawan yang dihadapi, meski tidak berstatus jagoan, justru mampu memperlihatkan keunggulan.

Tumbangnya para raksasa itu memang mengejutkan. Namun, keterkejutan itu tidak perlu dipelihara terlalu lama. Para pemain yang kurang diunggulkan bahkan bukan unggulan sama sekali justru mampu menyihir Istora dan para penonton dengan performa ciamik.

Selain itu, sudah bukan rahasia lagi, status unggulan tidak menjamin kemenangan. Ranking dunia dan rekor "head to head" bukan patokan tunggal.

Gelar juara bukanlah monopoli para pemain tertentu. Yang difavoritkan setinggi langit tetap bisa juga terjungkal. Sejago-jagonya seorang pemain atau suatu pasangan, mereka tetaplah manusia yang bisa merasa lelah, kehilangan fokus, dan dihinggapi ketidakberuntungan.

Sebagai pertandingan yang menuntut persiapan maksimal, badminton juga terbuka pada berbagai kemungkinan. Perbedaan bisa saja terjadi karena sebuah detail kecil.

Mari kita lihat siapa saja para unggulan yang akhirnya harus tertunduk lesu dan menguburkan impian mereka untuk berjaya di Istora.

Kemalangan Ganda Bass/Popor

Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai tentu tengah diliputi kekecewaan berat. Betapa tidak. Pasangan ganda campuran Thailand ini harus menuai hasil minor ganda. Usai tumbang lebih awal di Indonesia Masters, pasangan yang karib disapa Bass/Popor ini juga mengalami nasib yang sama di Indonesia Open.

Mirisnya, langkah unggulan pertama itu terhenti di laga pertama. Mereka dipulangkan oleh lawan-lawan yang secara peringkat dan rekor pertemuan tidak lebih hebat.

Di pekan kedua di Istora, tepatnya, Selasa (14/6/2022), Bass/Popor menyerah dari Goh Soon Huat/Lai Shevon Jamie asal Malaysia.

Duel itu berlangsung ketat setelah Bass/Popor berhasil memaksa pertandingan berlanjut ke gim ketiga. Sayangnya, keduanya kehilangan momentum di dua poin terakhir sehingga berhasil direbut pasangan Negeri Jiran, 18-21, 21-7, 20-22.

Pertandingan yang berlangsung 1 jam dan 9 menit menunjukkan pasangan Malaysia mampu memberikan perlawanan berarti pada pasangan yang berhasil mengambil takhta ganda campuran dunia dari tangan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong yang begitu mendominasi dalam beberapa tahun terakhir.

Kali ini Bass/Popor tak bisa mengulangi kemenangan atas Goh Soon Huat/Lai Shevon Jamie seperti saat pertemuan terakhir di Kejuaraan Dunia 2021 yang terjadi dalam dua gim saja, 21-15, 21-13..

Bass/Popor tidak hanya gagal melangkah jauh di Istora. Keduanya pun gagal memperbaharui catatan kemangangan atas Goh/Lai seperti yang dilakukan dalam delapan kesempatan dari 14 pertemuan sebelumnya.

"Saya merasa sangat kecewa dengan performa ini. Kami mencoba lebih keras dari pekan lalu dan hari ini kami masih belum menang," demikian Popor usai laga melansir Okezone.com, Selasa (14/6/2022).

Hasil negatif beruntun bukanlah keinginan Bass/Popor yang diharapkan bisa menjaga muka Thailand di kandang Indonesia.

Pekan sebelumnya mereka dipermalukan pasangan Prancis, Thom Gicquel/Delphine Delrue di babak 32 besar.

Di luar dugaan, Bass/Popor takluk straight set, 21-19, 21-16.

Bass/Popor tak mampu menjaga konsistensi setelah mampu mengimbangi wakil Eropa itu. Di gim pertama, sempat imbang 11-11, namun Bass/Popor kehilangan lima poin beruntun.

Sempat kembali memaksa skor identik, 19-19, Bass/Popor kembali kehilangan kesempatan untuk merebut dua poin krusial.

Begitu juga di gim kedua. Kehilangan lima poin pertama, Bass/Popor akhirnya mampu mengejar ketertinggalan menjadi 14-14. Namun, "penyakit" yang sama kembali menghinggapi pasangan Gajah Putih ini sehingga akhirnya menyerahkan tiket babak 16 besar kepada pasangan yang semula kurang dijagokan itu.

"Saya senang bisa di sini, tetapi pada akhirnya kami kalah di babak 32 besar. Kami harus mencoba lebih keras lagi untuk bermain lebih baik dari hari ini," tegas Popor lagi.

Momota Out

"Saya sedih sekaligus kesal karena langsung kalah di babak pertama, di depan penggemar saya sendiri di Indonesia."

Salah satu daya tarik turnamen elite adalah mengharapkan pertemuan antarpemain atau antarpasangan yang bakal menghadirkan pertarungan ketat, sarat rivalitas, dan bisa dikategorikan "musuh bebuyutan."

Kento Momota versus Anthony Sinisuka Ginting, salah satunya. Duel yang oleh netizen Tanah Air diberi tajuk MomoGi ini ternyata batal tersaji di Istora.

Sebab, Momota harus angkat kaki lebih dini. Unggulan kedua itu tersisih di babak 32 besar. Mantan nomor satu BWF itu tak bisa meladeni pemain non-unggulan dari Denmark, Rasmus Gemke.

Momota yang selalu menang dalam lima pertemuan sebelumnya, mendapat perlawanan sangat ketat. Keduanya bertarung selama 82 menit, sebelum Gemke merebut tiket ke babak berikut berkat kemenangan, 21-19 19-21 21-14.

Performa Momota sedang tak menentu. Menghadapi Gemke, Momota kesulitan di gim penentu. Seperti yang ia katakan usai pertandingan, melansir Antara, "Stamina saya berkurang di gim ketiga dan saya benar-benar kelelahan di gim penentu."

Tidak hanya di laga ini. Keperkasaan Momota mulai berkurang di berbagai kompetisi yang diikuti belakangan ini. Kita tak melihat Momota yang bertenaga, ulet, presisi, dan gahar seperti saat dua kali menjadi juara dunia yakni 2018 dan 2019 lantas terus memuncaki ranking dunia sebelum diambil Viktor Axelsen.

Belum ada gelar yang mengisi lemari prestasinya sepanjang tahun ini. Penampilan terbaiknya tahun 2022 adalah menjadi perempatfinalis All England.

Perasaan senang karena bisa kembali "Ngistora" kemudian berakhir sesal. Momota jelas sedih. Ia tahu banyak fannya di tanah air ingin melihat ia mengayunkan raket sampai jauh. Ia tak bisa mengulangi kenangan indah saat menjuarai Indonesia Masters 2021.

"Padahal saya ingin sekali memainkan lebih banyak pertandingan di Indonesia, tapi ya begitulah," aku Momota.

Tumbangnya Juara Olimpiade

Tahun ini tak seperti tahun kemarin. Saat itu, Lee Yang/Wang Chi-Lin begitu digdaya. Pasangangan Taiwan ini hampir tak terkalahkan di awal tahun. Tiga gelar dalam tiga minggu di tur Asia.

Catatan apik itu kemudian membawa mereka ke podium juara ganda putra Olimpiade Tokyo 2020.

Situasi berbanding terbalik kali ini. Belum ada prestasi yang mereka torehkan selain dua kali mencaia babak perempat final, sebelum menuai hasil lebih memilukan di Indonesia Open 2020. Keduanya tersingkir di babak kedua.

Lee/Wang tak bisa berbuat banyak saat menghadapi pasangan muda tuan rumah, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.

Dukungan penuh suporter tuan rumah pada juara All England 2022 itu rupanya cukup mempengaruhi penampilan Lee/Wang. Keduanya tak bisa mengimbangi laju Pram/Yere di set penentu.

Pram/Yere menang 21-16, 17-21, dan 21-14 dalam tempo 55 menit membuat unggulan keempat itu harus gigit jari. Mereka tak bisa membuktikan diri sebagai raksasa tangguh.

"Serangan mereka sangat bagus. Kami memiliki beberapa batasan dalam permainan kami, servis kami tidak bagus dan itu membuat kami berada di bawah tekanan."

Begitulah Wang mengevaluasi pertandingan ini kepada situs resmi BWF. Kekalahan yang menghadirkan kegembiraan bagi Pram/Yere bisa merasakan perempat final pertama sepanjang karier mereka di turnamen yang kini berada di level Super 1000 itu.

"Mereka bermain bagus di awal, dan kami harus tetap sabar untuk menciptakan peluang menyerang. Ini adalah perempat final pertama kami di Indonesia Open; kami sedikit lelah sehingga kami berharap kami dapat pulih untuk besok," ungkap Pram senang.

Dua jagoan tuan rumah kandas

Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan belum bisa membuktikan status mereka sebagai unggulan pertama dan kedua di kandang sendiri.

Langkah keduanya di Indonesia Open tak lebih dari babak 16 besar. The Minions, julukan Marcus/Kevin dihentikan Kang Min Hyuk/SEO Seung Jae asal Korea Selatan. Unggulan teratas ini menyerah dua gim, 14-21 dan 12-21.

Kekalahan dalam waktu 34 menit itu menunjukkan The Minions belum sepenuhnya prima. Terlebih kondisi Marcus Gideon yang masih berjuang mengatasi rasa sakit pasca-operasi engkel di Portugal beberapa waktu lalu.

Di pekan sebelumnya, The Minions sudah berjuang maksimal hingga babak semifinal. Rasa sakit yang dibawa Marcus dan Kevin yang berusaha lebih banyak berperan ternyata tak bisa membendung laju Liang Wei Jeng/Wang Chang.

The Minions takluk straight set 17-21 dan 10-21. Kegagalan The Minions akhirnya bisa diobati Fajar Alfian/Rian Ardianto yang sukses mengalahkan wakil China itu di babak final.

Pekan lalu di turnamen level Super 500, pasangan gaek, Ahsan/Hendra juga belum berhasil mengatasi Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae. The Daddies harus bertekuk lutut di babak 16 besar setelah bertempur lebih dari satu jam, 21-19, 18-21, dan 21-19.

Sementara itu pekan ini, perjalanan The Daddies justru berakhir lebih dini. Keduanya tersingkir di babak pertama. Lagi-lagi, keduanya tak bisa mengatasi pasangan muda. Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi dari China mempertontonkan keunggulan fisik untuk memenangi pertandingan dalam dua gim, 17-21 dan 22-24 atas unggulan dua itu.

Tanpa The Minions dan The Daddies, ganda putra Indonesia masih memiliki harapan pada Fajar/Rian dan Pram/Yere.

Fajar/Rian yang berjaya pekan sebelumnya akan berusaha "balas dendam" atas kekalahan The Daddies di babak perempat final, Jumat (17/6/2022).

Selain duel Fajar/Rian versus Liu/Ou, Pram/Yere akan menghadapi unggulan lima dari Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik. PraYer, jawara Asia, memang kalah dalam peringkat BWF.

Namun, pasangan nomor 16 BWF itu punya sejumlah modal. Menang di Badminton Asia Championship 2022 yang kemudian mengantar mereka ke tangga juara, plus dukungan dari segenap penonton di Istora.

Walau para raksasa bertumbangan, Istora akan tetap bergeliat. Eaa..eaa...eaaa...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun