Selebihnya, mereka benar-benar menyatu dalam permainan atraktif. Ideal dari penggabungan antara dua pemain terbaik di dunia, walau pencapaian itu sebenarnya hasil kolaborasi dengan partner berbeda.
Seperti kita tonton di layar kaca, laju poin Ahsan/Kevin begitu sulit dikendalikan. Memimpin 5-1 di gim pertama, berlanjut unggul 11-8, lalu sempat dipepet dalam kedudukan 12-10.
Semakin didekati, Ahsan/Kevin segera injak pedal gas. Keduanya kembali memperlebar jarak, 14-11, lantas kembali disamakan, 14-14 hingga 16-16.
Setelah itu, Ahsan/Kevin berhasil menekan duo China itu dengan permainan cepat dan meminimalisir kesalahan sendiri. Unggul lagi 18-16, 19-17, hingga merebut gim pertama.
Kemenangan di set pertama bak vitamin yang semakin memompa semangat Ahsan/Kevin. Lawan sempat menjaga jarak dari 4-3 hingga 7-7. Selanjutnya, laju poin pasangan baru Indonesia ini tak tertahan. Dari 11-9, 13-11, 16-12, dan hanya memberi kesempatan pada lawan untuk meraih poin hingga angka 16 saat mereka memastikan poin kedua bagi Indonesia.
Seperti Ginting, Ahsan/Kevin juga bersinar di pertandingan krusial ini.
Jojo Konsisten
Saat menghadapi Korea Selatan, Jojo harus menanggung beban berat. Sebagai pemain ketiga, ia harus memutus laju poin lawan setelah Ginting dan Ahsan/Kevin gagal menyumbang poin.
Di laga ini, Jojo bisa bermain lebih lepas. Situasi sehari sebelumnya sudah berbanding terbalik. Ia hanya perlu bermain baik untuk memastikan langkah Indonesia ke semifinal.
Itulah yang kemudian Jojo lakukan. Menghadapi Li Shi Feng, pemain kelahiran Jakarta ini tampil ciamik. Jojo benar-benar menunjukkan kelasnya menghadapi lawan dengan peringkat duni lebih rendah dan kalah dalam rekor pertemuan.
Kemenangan 21-13 dan 21-18 dalam 52 menit adalah hasil dari konsistensi Jojo sepanjang pertandingan. Smes keras, variasi pukulan, dan pertahanan yang kuat.