Liverpool berada dalam situasi yang sama. Jadwal padat pertarungan di tiga kompetisi berbeda. Selain menghadapi City di dua pentas berbeda nan menentukan, mereka dua kali akan beradu dengan Benfica untuk memperebutkan tiket semifinal Liga Champions. Selain itu, berjumpa Aston Villa, Manchester United, dan Everton untuk melengkapi April yang melelahkan.
Kenangan seumur hidup
April ini benar-benar menguras energi dan tenaga bagi kedua tim. Determinasi akan menentukan siapa yang akan meraih keuntungan. Strategi kedua pelatih, Klopp dan Pep Guardiola akan diuji.
Bila sukses melewati April yang berat, mereka akan sedikit bernapas lega sebelum menghadapi bulan pamungkas. Penentuan dari perjalanan lebih dari 50 hari dengan final Liga Champions di Paris pada 28 Mei nanti sebagai salah satu garis akhir.
Sepanjang itu tensi para penggemar pun akan ikut terlibat. Pertama, persaingan kedua tim menghadapi pertandingan maraton 11 hari yang menegangkan. Manchester City akan bertarung dengan Atletico Madrid dan Liverpool di tiga kompetisi.
Liverpool dan Atletico adalah lawan berat bagi City. Para penggemar pun akan disuguhkan tontonan yang menguras adrenalin.
Kedua, pertarungan di dalam lapangan akan mencerminkan apa yang terjadi di pinggir lapangan di antara para pelatih. Guardiola dan Klopp sudah lama bersaing dan terlibat dalam beberapa pertarungan epik selama bertahun-tahun.
Dua pertemuan mendatang tak akan mengurangi aroma persaingan itu. Justru intensitasnya bakal meningkat.
Setelah beberapa hasil buruk kontra Liverpool dalam beberapa musim pertama, Guardiola mulai belajar untuk mendapatkan cara meredam Klopp. Hal ini terbukti dalam beberapa pertemuan terakhir. City bermain baik saat diimbangi Liverpool 2-2 di Anfield pada Oktober lalu.
City tak bisa pulang dengan kemenangan karena dikalahkan oleh sejumlah momen jenius dari Mohamed Salah. Pemain Mesir itu begitu cemerlang. Kini Guardiola tertantang untuk mendapatkan cara meredam mantan pemain Chelsea itu. Sementara Klopp tentu tidak akan tinggal diam.