Hanya saja pengharapan itu akan menuntut kesabaran. Liverpool harus menjaga momentum positif ini hingga akhir musim. Situasi ini sedikit banyak memberi tekanan pada City, tim yang begitu digdaya di awal musim dan hampir saja mengklaim gelar lebih dini.
Seperti kita tahu, setelah mengalahkan Chelsea satu gol tanpa balas pada Januari, City seperti melaju sendiri dengan keunggulan 14 poin dari pesaing terdekat.
Bagai bola yang sulit ditebak sisi mana yang bakal dominan, perjalanan sebuah tim pun demikian. Pertarungan City dan Liverpool akan terus memanas. Dua bulan terakhir menjadi saat penentuan.
Lantas apa yang menguatkan kedua tim dan menjadi titik lemah yang bisa memberi keuntungan pada lawan?
Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp pernah memuji timnya sebagai "monstr mentalitas." Tim dengan mental yang kuat. Tak pantang menyerah sebelum kesempatan benar-benar tertutup.
Sebaliknya, City memiliki kedalaman skuat yang baik. Soliditas, keyakinan, dan semangat mereka seperti tak pernah padam. Bila demikian, pembicaraan tentang siapa yang merasa ditekan dan menekan menjadi tidak relevan.
Lantas apa yang bakal menentukan?
Bisa jadi pertemuan kedua tim di Stadion Etihad pekan berikutnya (10/4/2022) bakal menjadi pembeda. Kita akan melihat seperti apa akhir cerita persaingan kedua tim tersebut.
Guardiola tampaknya sudah mempersiapkan "peperangan" itu. Ia memilih mencadangkan John Stones agar tak sampai cedera seperti saat bertugas di tim nasional Inggris. Bernardo Silva dan Riyad Mahrez pun begitu.
Guardiola tahu selain pertandingan kontra Liverpool, mereka harus bertarung dengan Atletico Madrid di leg pertama babak perempat final. Pertandingan berat itu terjadi kuran dari empat hari sebelum berperang dengan Liverpool.
Lantas, bulan yang melelahkan akan diisi dengan pertemuan kembali dengan Atletico yang menentukan nasib mereka di Liga Champions. Lalu, perjodohan yang menentukan dengan Liverpool terjadi lagi di semifinal Piala FA (16/4/2022).