Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Griezmann "from Hero to Zero", Simeone Mengacuhkan Klopp, dan Kebangkitan Manchester City

20 Oktober 2021   11:02 Diperbarui: 21 Oktober 2021   15:26 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foden ikut merayakan gol bersama Mahrez dan Walker: Dailymail.co.uk

Pekan ketiga Liga Champions Eropa sudah dimulai. Pertemuan antara Atletico Madrid versus Liverpool yang penuh drama, berikut penampilan spektakuler Manchester City adalah beberapa dari antara banyak kisah yang tergerai sejak Selasa (19/10/2021) malam WIB.

Kita mulai dari Wanda Metropolitano. Duel antara tuan rumah Atletico Madrid kontra Liverpool, Rabu (20/10) dini hari WIB begitu intens. Tidak hanya terlihat dari banyaknya gol yang tercipta dan skor akhir yang ketat, tetapi juga kehadiran sejumlah insiden yang menempatkan laga ini sebagai salah satu pertandingan dramatis.

Kedua tim menurunkan formasi terbaik. Diego Simeone dengan formasi andalan 3-5-2 mengandalkan Jan Oblak di bawah mistar gawang hingga Antoine Griezmann dan Joai Felix di lini serang. Sementara itu, Luis Suarez yang tengah "on fire" sengaja disimpan.

Situasi serupa terjadi juga di kubu tim tamu. Jurgen Klopp tidak mau main-main sehingga tetap memasukan beberapa pemain yang baru selesai dari tugas internasional dalam daftar "line-up" pertama. Duo Brasil, Alisson Becker dan Roberto Firmino mengambil tempat dalam formasi 4-3-3.

Dengan skema yang ada membuat Liverpool bisa memegang kendali sejak awal pertandingan. Hal ini ditandai pula oleh lesakan dua gol ke gawang tuan rumah. Mula-mula oleh Mohamed Salah di menit kedelapan dan Naby Keita lima menit berselang.

Wasit asal Jerman melayangkan kartu merah pada Antoine Griezmann dalam duel pekan ketiga Grup B Liga Champions Eropa: Dailymail.co.uk
Wasit asal Jerman melayangkan kartu merah pada Antoine Griezmann dalam duel pekan ketiga Grup B Liga Champions Eropa: Dailymail.co.uk

Namun, Atletico tidak tinggal diam. Los Colchoneros pun memberikan reaksi dengan menyamakan kedudukan. Dua gol lagi tercipta di paruh pertama. Keduanya diborong oleh Griezmann di menit ke-20 dan 34.

Kehadiran Griezmann di laga ini sungguh menjawab kebutuhan tim. Keputusan Simeone yang menepikan Suarez demi kembali memberi tempat utama kepada pemain yang baru kembali dari Barcelona itu, tepat.

Sepasang gol itu membangkitkan semangat para pemain tuan rumah. Beberapa kali Alisson harus berjibaku mengamankan gawangnya dari kebobolan. Tercatat, ada tiga peluang emas di sepuluh menit terakhir babak pertama yang mengharuskan Alisson melakukan penyelamatan gemilang.

Sayangnya, status Griezmann sebagai penyelamat lantas berubah jadi pesakitan tak lama setelah keluar dari ruang ganti. Tepatnya di menit ke-52, pemain internasional Prancis itu harus meninggalkan lapangan pertandingan. 

Daniel Siebert mengganjar Griezmann kartu merah. Pengadil pertandingan asal Jerman itu menilai Griezmann melakukan pelanggaran berat karena mengangkat kaki terlalu tinggi sehingga mengenai wajah Bobby Firmino. Walau mendapat protes keras dari kubu tuan rumah, Siebert bergeming.

Griezmann mengangkat kaki mengenai wajah Firmino: Reuters via Dailymail.co.uk
Griezmann mengangkat kaki mengenai wajah Firmino: Reuters via Dailymail.co.uk

Kehilangan salah satu pemain kunci sungguh berpengaruh. Simeone yang tampak kesal tetap bertahan dengan pemain yang ada. Sementara itu, Klopp coba memaksimalkan situasi ini dengan melakukan penyegaran di lini serang.

Dua perubahan dilakukan sekaligus. Diogo Jota dan Alex-Oxlade Chamberlain mengambil tempat James Milner dan Sadio Mane.

Perubahan ini membawa dampak positif. Tiga menit berselang, Chamberlain hampir mencatatkan namanya di papan skor bila saja sepakannya lebih terarah.

Liverpool terus menekan tuan rumah. Walau unggul jumlah pemain dan bisa menguasai bola, tidak mudah bagi tim tamu untuk mengukir banyak peluang.

Momentum terbaik bagi The Reds akhirnya datang selepas menit ke-70. Bermula dari pelanggaran Mario Hermoso pada Diogo Jota di area terlarang, wasit pun menunjuk titik putih.

Mo Salah mengambil tanggung jawab sebagai eksekutor. Dengan ketenangannya, striker asal Mesir itu bisa menaklukkan Oblak. Tembakannya mengecoh kiper asal Slovenia untuk memberi keunggulan bagi Si Merah.

Situasi ini membuat Simeone tak bisa tinggal diam. Perubahan pun dilakukan di menit ke-80. Empat pemain diganti. Llorente, Renan Lodi, Angel Correa, dan Luis Suarez masuk.

Perubahan itu memberikan hasil yang baik. Dua menit setelah itu, tuan rumah hampir saja menyamakan kedudukan. Jose Gimenez dijatuhkan Diogo Jota di kotak penalti. Namun, wasit tak menganggap itu pelanggaran usai melihat layer VAR.

Kesempatan tuan rumah menyamakan kedudukan sirna. Harapan meraih poin di kendang pun pupus. Skor tak juga berubah hingga laga usai.

Liverpool pulang dengan tiga poin untuk meneruskan hasil sempurna di tiga laga Grup B. Sementara itu, Los Rojiblancos gagal memperbaharui perolehan poin yang tertahan di angka empat. Beruntung, Atletico bertahan di urutan kedua dan tak digeser Porto dengan jumlah poin yang sama.

Hasil minor berikut beberapa insiden membuat Simeone langsung berlari ke ruang ganti usai peluit panjang dibunyikan. Sepertinya pria asal Argentina itu begitu kecewa.

Ia tak lagi memedulikan laku sportivitas yang tetap harus dikedepankan entah baik atau tidak baik hasilnya. Menjabat tangan pelatih lawan adalah hal paling lazim yang mesti dilakukan.

Jurgen Klopp terlihat kebingungan. Ia melihat bagaimana Simeone berlari ke lorong pemain. Sebagai balasannya ia melayangkan acungan jempol. Entah apa maksud gestur tersebut.

Usai pertandingan, eks pelatih Borussia Dortmund itu berusaha tidak membesar-besarkan hal tersebut. Ia seakan ingin menegaskan bahwa perkara tidak menjabat tangan usai laga tak perlu digarisbawahi, alih-alih menyoroti hasil positif yang diraih timnya.

Ketika dipancing dalam sesi wawancara, pelatih asal Jerman itu justru memberikan pertanyaan menohok dan berbalik menantang penanya.

"Mengapa saya marah? Saya bukan orang bodoh sehingga Anda bisa [mengajukan] sedikit pertanyaan di sini. Aku tidak marah sama sekali."

Begitu jawabnya seperti dilansir dari Dailymail.co.uk. Lebih lanjut Klopp berkata, "Lihatlah. Saya bisa membayangkan Anda ingin membuat cerita dari itu, tapi saya ingin menjabat tangannya, dia [Simeone] tidak menginginkannya."

Kita bisa paham mengapa itu terjadi. Klopp mungkin sedang larut dalam kebingungan. Sedangkan Simeone telanjur hanyut dalam kekecewaan.

Simeone langsung meninggalkan lapangan pertandingan tanpa memberi salam kepada pelatih Liverpool, Jurgen Klopp: Dailymail.co.uk
Simeone langsung meninggalkan lapangan pertandingan tanpa memberi salam kepada pelatih Liverpool, Jurgen Klopp: Dailymail.co.uk

Manchester City Bangkit

Beberapa jam sebelum itu hujan gol juga terjadi di Jan Breydel Stadium, Selasa (19/10/2021) malam WIB. Enam gol tercipta saat tuan rumah Club Brugge menjamu Manchester City.

Bedanya, sebagian besar gol menjadi milik tim tamu. Tuan rumah hanya sanggup mencetak satu gol hiburan sebelum kebobolan kelima kalinya.

Lima gol The Citizen disumbangkan oleh Joao Cancelo (menit ke-30), Riyad Mahrez (menit ke-43 dan 84), Kyle Walker (menit 53), dan Cole Palmer (menit 67). Sementara itu, satu-satunya gol Brugge dicetak oleh Hans Vanaken (menit 81).

Patut diakui penampilan armada Pep Guardiola begitu dominan. Semua pemain terbaik dikerahkan untuk mengisi formasi 4-33. Ederson Moraes sebagai penjaga gawang, Kyle Walker, Ruben Dias, Aymeric Laporte, dan Joao Cancelo di barisan pertahanan. Selanjutnya, Kevin de Bruyne, Rodro, dan Bernardo Silva yang menopang Mahrez, Jack Grealish, dan Phil Foden di lini serang.

Kemenangan telak ini lebih dari cukup menggambarkan seperti apa penampilan Manchester Biru di hadapan klub Belgia itu. Perjuangan membawa pulang poin sempurna dengan mencetak banyak gol memberikan banyak arti bagi City.

Pertama, patut diakui City memang bermain bagus. Performa ini mengingatkan kita saat mereka menghadapi Chelsea dan Liverpool, dua tim papan atas Liga Inggris dengan komposisi pemain dan kualitas pelatih yang tak perlu diragukan lagi. Hanya dengan bermain sangat baik bisa mengalahkan tim-tim jempolan itu.

Indikasi yang kemudian bisa dilihat secara langsung saat menghadapi Club Brugge kali ini. Patut diingat, Club Brugge memang bukan klub elite di pentas Eropa. Namun, mampu melumpuhkan dan menahan imbang tim bertabur bintang sekelas PSG adalah sebuah pencapaian sekaligus isyarat bahwa mereka pun bisa melakukan hal yang tak terbayangkan sebelumnya.

Hal tersebut tercermin di awal pertandingan. Tidak mudah bagi City untuk memecah kebuntuan. Butuh waktu setengah jam untuk mencetak gol pembuka. Dua hal bisa dibaca dari situasi ini. 

Di satu sisi terkait keandalan lini serang City, di sisi berbeda terkait bagaimana perjuangan keras tuan rumah menghadapi lawan yang lebih diunggulkan.

Kedua, kemenangan ini menjadi titik balik usai City menderita kekalahan di pekan sebelumnya menghadapi PSG. Pertemuan antara dua tim jempolan yang terjadi di markas Les Parisien berakhir dengan skor 0-2 untuk kemenangan tuan rumah.

Mengalahkan Brugge yang sudah membuat PSG frustrasi adalah isyarat bahwa kekalahan atas PSG Sudha menjadi masa lalu. Saatnya, mereka merenda kembali masa depan dengan kekuatan terbaik.

City kini terus mengejar PSG di puncak klasemen Grup B. Dengan tabungan total enam poin, City hanya berjarak satu angka dari Lionel Messi dan kawan-kawan.

Foden ikut merayakan gol bersama Mahrez dan Walker: Dailymail.co.uk
Foden ikut merayakan gol bersama Mahrez dan Walker: Dailymail.co.uk

Ketiga, bagi sejumlah pemain City laga ini memiliki kesan tersendiri. De Bruyne salah satunya. Ini laga pertama De Bruyne setelah meninggalkan tanah kelahirannya pada 2012 saat memutuskan hijrah dari Genk.

Kembalinya De Bruyne tetap disambut hangat. Para pendukung tuan rumah bersorak saat namanya muncul di layar lebar sebelum pertandingan. Cinta mereka pada De Bruyne ternyata belum memudar.

Selain itu tentang Phil Foden dan Cole Palmer. Foden memang tidak mencetak gol di laga itu. Namun, performanya di lini serang tidak bisa diremehkan. Pemain 21 tahun ini menunjukkan pesona dan potensi seperti Palmer, pemain 19 tahun yang mencetak gol keempat City.

Keduanya seperti kompak memberikan tanda. Masa depan lini depan City yang sempat dikhawatirkan setelah kepergian Sergio Aguero akan segera mendapat pengganti.

City tak perlu terlalu lagi merasa kecewa karena Gabriel Jesus tak bisa berperan seperti diharapkan. Begitu juga tak perlu terlalu "ngoyo" mengejar Harry Kane yang tak akan mudah dilepas Tottenham Hotspur begitu saja.

City hanya perlu mereka menit bermain secara rutin. Hanya melalui itu, keduanya akan membuktikan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun