Â
Tidak ada yang mustahil di lapangan sepak bola. Begitulah yang terjadi saat Real Madrid menjamu Sheriff Tiraspol di pekan kedua penyisihan Grup D Liga Champions Eropa. Kemenangan Sheriff Tiraspol, 2-1, mengguncang dunia.
Sebelum peluit "kick-off" di Estadio Santiago Bernabeu dibunyikan pada Rabu (29/9/2021) dini hari WIB, Madrid seakan sudah menjadi pemenang. Berbagai prediksi mengunggulkan tim paling berpengalaman dan tersukses di pentas elite Eropa itu.
Tidak ada yang meragukan kedalaman skuad yang lahir dari pembinaan sepak bola yang maju, berikut pundi-pundi kekayaan yang tak pernah menjauh dari tim ibu kota Spanyol itu. Pemain berlabel bintang. Pelatih dan tim di sekelilingnya pun demikian.
Sheriff adalah tim debutan dan dianggap tidak lebih dari kuda hitam usai membuat kejutan di pertandingan pertama menghadapi Shakhtar Donetsk. Klub pendatang baru, baik sebagai klub di kompetisi paling top di benua biru, juga terkait statusnya sebagai tim sepak bola dari sebuah negara miskin.
Situasi ini berbanding terbalik dengan Real Madrid. Tim keren, pemilik 13 gelar Liga Champions, dan berasal dari negara dengan kultur dan industri sepak bola terdepan.
Namun, sekali lagi, prediksi tetaplah prediksi. Tidak ada kepastian sebelum peluit panjang, tanda  laga usai, dibunyikan. Berasal dari sebuah negara Bernama Moldova, tidak ada alasan yang lebih mendasar bagi Sheriff untuk menyerah begitu saja.
Seperti dalam kisah Kitab Suci, Daud dengan segala kekecilannya bisa menumbangkan Goliath yang gigantik itu. Begitulah Sheriff yang lilliput bisa meruntuhkan kebesaran Madrid. Â Membungkam sang raksasa, di kandangnya pula.
Detail kecil