Haji Endo. Begitu netizen Indonesia menyebutnya. Nama ini mendadak viral bahkan menjadi topik tren di Twitter saat final BWF World Tour Finals 2019 silam.
Ide warganet +62 terpantik oleh nama H Endo yang tersemat di punggung pemain tersebut. Ya, dalam konteks Indonesia, huruf tunggal di awal nama seseorang nyaris selalu diindentikan dengan gelar keagamaan bagi umat Muslim. Belum lagi, penampilannya baik di dalam maupun di luar lapangan yang selalu terlihat rapih dengan rambut yang selalu klimis.
"H" itu seharusnya Hiroyuki. Hiroyuki Endo, lengkapnya. Pemain senior dan spesialis ganda putra.
Namanya kembali menjadi pembicaraan luas dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini menyusul keputusannya mundur dari tim nasional Jepang, sekaligus mengakhiri kariernya sebagai pebulutangkis profesional. Gantung raket, singkatnya.
Warta tentang Endo itu, datang hampir berbarengan dengan Takeshi Kamura dan Keigo Sonoda. Terciptalah gelombang pengunduran diri yang menimpa bulu tangkis Jepang. Hantaman bagi ganda putra Jepang yang selama ini bergantung pada ketiga pemain senior itu.
Bila Endo benar-benar pensiun, Kamura/Sonoda akan menjadi pemain independen. Dunia masih bisa melihat Kamura/Sonoda sebagai pemain, namun tidak demikian dengan Endo yang akan bergeser ke sisi arena menjadi pelatih.
Selain baptisan nama Haji Endo di atas, hal lain yang membayang keputusan pemain 34 tahun itu adalah nasib tandemnya, Yuta Watanabe.
Patut diakui Yuta Watanabe menjadi salah satu pebulutangkis muda paling bersinar saat ini. Berusia 24 tahun dan sudah bersinar di panggung dunia. Yuta sudah menjadi salah satu tulang punggung Jepang.