Ada yang tersisa dari perhelatan Paralimpiade Tokyo 2020. Pesta olahraga terbesar bagi kaum disabilitas yang berlangsung sejak 24 Agustus dan berakhir pada 5 September kemarin.
Kontroversi ternyata tidak hanya terjadi di Olimpiade Tokyo. Perhelatan Paralimpiade yang berlangsung di tempat yang sama pun tak luput dari persoalan.
Kita mundur sejenak dahulu. Ada sejumlah aksi kontroversial yang mengiringi kesuksesan pesta olahraga tingkat dunia yang berlangsung sejak 23 Juli-8 Agustus 2021. Kita sebut beberapa.
Pertama, salah satu stasiun televisi Korea Selatan dalam siarannya dianggap melecehkan sejumlah negara saat acara pembukaan. Tidak terkecuali kontingen Indonesia.
Kedua, pelatih balap sepeda Jerman, Patrick Monster mengeluarkan kalimat rasis kepada atlet Aljazair dan Eritrea. Monster terekam mengatakan "unta itu" dalam percakapannya dengan pesepeda Jerman, Nikias Arndt. Sebagai hukuman, Patrick dipulangkan lebih awal dari Jepang.
Ketiga, atlet Aljazair, Fethi Nourine, memilih tidak bertanding saat mengetahui lawan yang akan dijumpai adalah Tohar Butbul. Keduanya dijadwalkan bertemu di babak kedua cabang olahraga judo kelas 73 kg. Tim Aljazair memilih mundur karena lawan yang akan dihadapi berasal dari Israel.
Bagi mereka pertemuan dengan Tohar adalah ketidakberuntungan. Pengunduran diri adalah langkah tepat.
Keempat, petembak Korea Selatan, Jin Jong-oh, mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan perdebatan luas kepada atlet Iran, Javad Foroudhi. Ia melabeli peraih emas cabor menembak nomor pistol udara 10 meter putra itu sebagai teroris.
Sekarang kita kembali ke Paralimpiade Tokyo. Belum berapa lama dan sepertinya masih berlangung hingga saat ini, publik Malaysia khususnya, dihebohkan oleh nasib yang dialami Muhammad Ziyad Zolkefli.