Dua pekan sudah, euforia Olimpiade Tokyo 2020 belum juga memudar. Pemberitaan seputar para olimpian, terutama peraih medali, belum juga reda. Apresiasi sepertinya masih mengalir.
Cepat atau lambat semua itu akan menjadi sejarah. Sementara turnamen berikutnya akan menjelang. Setelah Olimpiade Tokyo yang digelar pada 2021, kita hanya memiliki waktu tiga tahun untuk menghadapi event serupa yang akan digelar di Paris, Prancis.
Rentang waktu itu tidaklah panjang. Tiga tahun terlalu singkat untuk mempersiapkan diri. Sektor tunggal putra misalnya, memanfaatkan waktu itu untuk mematangkan diri. Anthony Ginting yang meraih medali perunggu di usia 24 tahun diharapkan bisa mencapai puncaknya di Paris.
Sementara itu sejumlah pemain yang saat ini sudah berada di ujung periode emas harus segera dicarikan penggantinya. Sulit membayangkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan masih berlaga di panggung Olimpiade Paris.
Begitu juga Greysia Polii. Pemain ganda putri yang baru saja meraih medali emas di usia 34 tahun akan kesulitan untuk menjaga konsistensi dalam tiga tahun ke depan.Â
Setelah mengukir sejarah di Tokyo, Greys mengisyaratkan untuk mengestafetkan tanggung jawab kepada para pemain muda. Lantas, siapa bakal menjadi tandem Apriyani Rahayu?
Pertanyaan itu sama pentingnya dengan apakah Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya bisa mengobati kekecewaan dengan emas Olimpiade Paris? Unggulan pertama, rangking satu dunia itu gagal mewujudkan target membawa pulang medali emas ke tanah air. Apakah keduanya masih akan tetap berpartner?
Bagaimana pula dengan ganda campuran dan tunggal putri?
Contoh Yuta Watanabe