Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Budi Darma, Penulis "Olenka" dan "Orang-Orang Bloomington" Itu Telah Pergi

21 Agustus 2021   13:05 Diperbarui: 21 Agustus 2021   13:16 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Orang-Orang Bloomington": https://twitter.com/ReadmenID

Apakah Anda mengenal "Olenka" dan "Orang-orang Bloomington"? Apakah Anda pernah membaca, atau sekadar mendengar cerita tentangnya? Tak apa bila Anda tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu karena belum mengenalnya.

Penulis kedua buku itu baru saja tutup usia. Budi Darma, salah satu maestro sastra Indonesia. Sosok yang juga dikenal sebagai akademisi itu pergi di usia 84 tahun.

Kabar duka itu mulai meramaikan jagad maya pagi ini. Tak lama setelah ia dikabarkan meninggal, Sabtu, 21 Agustus 2021.

Saya mengutip salah satu postingan di sosial media. "Gramedia Pustaka Utama turut berduka cita atas meninggalnya Bapak Budi Darma-akademisi dan sastrawan Indonesia."

Wartamerta itu beredar luas. Dari satu lini sosial media ke lini sosial media lainnya. Dari satu akun ke akun lainnya. Dari satu grup ke grup lainnya. Terus berantai.

Sepanjang itu ingatan tentang Budi Darma seperti kembali mengemuka. Patah-patah memang, tetapi sedikit banyak menjadi intisari dari pesan dan kesan yang ditinggalkan almarhum.

Saya mengutip lagi beberapa. "Setelah membuat saya terpesona kepada Olenka, Pak Budi Darma menjadi salah satu di antara sedikit nama yang mengantarkan saya bertamasya ke belantara kata-kata, di saat saya masih cupu-cupunya," cuit Iqbal Aji Daryono, penulis buku "Out of The Truck Box" di twitter.

Damar Juniarto, aktivis HAM, mengicaukan kehilangannya seperti ini, "Baru kemarin saya cerita ke anak saya, kalau kamu mau belajar menulis One-shot, hanya ada 1 penulis di Indonesia yg bisa, namanya Budi Darma. Dia juga penulis yg terkenal dengan teknik kolase."

Akun @sihirperempuan menulis, "If Winter comes, can Spring be far behind." Too much in pain to think of spring. Pak Budi was my hero, a genius who created the strange world of Orang-orang Bloomington. Reading his old letters now--I see only his sharp mind, kindness, & generosity."

Dari nama akun twitter itu kita tahu siapa pemiliknya. Intan Paramaditha, penulis buku kumpulan cerpen dengan judul itu.

Masih banyak ungkapan kehilangan. Dalam banyak bentuk dan cara: kata-kata, gambar, karikatur, hingga sekadar emoji air mata.

Itulah yang terjadi di jagad sastra Indonesia Sabtu pagi ini. Kisah sedih di akhir pekan bagi mereka yang mengenal Budi Darma, baik dekat maupun berjarak, langsung atau tidak langsung. Tanpa perlu mencari tahu lebih jauh, ungkapan-ungkapan di atas sungguh menjadi litani duka mengiringi kepergian seorang penting.

Riwayat Hidup

Sekadar mengingatkan kita tentang riwayat hidup almarhum. Budi Darma lahir di Rembang, Jawa Tengah, 25 April 1937. Putra keempat dari enam bersaudara menyelesaikan pendidikan hingga jenjang doktoral. Jurusan Sastra Barat di Fakultas Sastra UGM, lantas meraih MA dari Universitas Indiana, Bloomington, AS dan di tempat yang sama ia membawa pulang gelar Ph.D.

Selain sebagai akademisi, hingga terakhir menyandang status Guru Besar Universitas Negeri Surabaya, Budi juga dikenal sebagai sastrawan. Predikat itu diwujudkan dalam berbagai kumpulan esai, cerpen, hingga novel.

Beberapa karyanya bisa disebut. Antologi cerpen "Kritikus Adinan," tiga novel masing-masing "Olenka" (1983), "Raflus" (1998), dan "Ny.Talis" (1996). Ditambah lagi "Orang-Orang Bloomington", kumpulan esai berjudul "Solilokui" (1983), "Sejumlah Esai Sastra" (1984), dan "Harmonuium" (1995). Ada juga kumpulan cerpen "Laki-laki lain dalam Secarik Kertas."

Sejumlah karya Budi Darma: https://twitter.com/iqbal_daryono
Sejumlah karya Budi Darma: https://twitter.com/iqbal_daryono

Ia mendapat banyak apresiasi. Di bidang sastra misalnya, baik sebagai penulis, pembicara maupun peneliti. Baik berupa penghargaan sebagai warga berprestasi, pemenang sayembara, hingga penghargaan lainnya baik dari dalam maupun mancanegara.

Beberapa di antaranya adalah Penghargaan Sastra Dewan Kesenian Jakarta, SEA Write Award, dan Anugerah Seni Pemerintah RI.

Olenka dan Orang-Orang Bloomington

Sekilas riwayat kepengarangan Budi Darma di atas jelas tak menangkup seluruh sepak terjangnya. Namun mengingat Budi Darma terasa kurang afdol bila kita tak menyinggung lebih jauh tentang "Olenka" dan "Orang-Orang Bloomington."

Apa yang membuat kedua karya itu berkesan? Banyak. Saya mengangkat beberapa, lebih dan kurang mohon dimaklumi.

Pertama, "Olenka" merupakan novel pertama Budi Darma. Novel debut tetapi langsung mencuri perhatian dan apresiasi luas. Terbit pertama kali tahun 1983 kemudian meraih banyak penghargaan. Di antaranya juara satu Sayembara Mengarang Roman oleh Dewan Kesenian Jakarta tahun 1980, Sastra DKJ tahun 1983, dan "Olenka" membawa Budi meraih Hadiah Sastra ASEAN, SEA Write Award setahun berselang.

Novel ini berangkat dari ketidaksengajaan. Dipantik oleh pertemuan Budi dengan seorang wanita bersama tiga anak kecil di lift apartemen Tulip Tree, Bloomington. Pertemuan itu mengganggunya. Kemudian dengan tanpa banyak perencanaan ia mulai menggarak.

Wanita yang ia temui di musim yang dingin itu bernama Anka. Tentu bukan kebetulan bila kemudian muncul tokoh bernama Olenka.

Olenka: https://twitter.com/Puspitadesi
Olenka: https://twitter.com/Puspitadesi

Fanton Drummond sebagai jelmaan sang pengarang begitu terobsesi pada Olenka. Olenka digambarkan sebagai seniman perempuan misterius.

Banyak ulasan, baik kritik maupun sanjungan tentang novel ini. Pada bagian ini pun saya tidak akan menyinggung soal-soal intrinsik itu.

Membaca novel ini kita diajak berpetualang ke alam absurd yang sarat obsesi, tetapi tidak membuat kita kehilangan status sebagai makhluk yang sebenarnya penuh ketidakberdayaan.

Kita adalah makhluk yang kapan saja bisa digerogoti kesepian dan kebingungan. Pahit dan kecewa adalah makanan yang tak bisa kita tepis dari piring kehidupan. Di awal Fanton begitu terobsesi pada Olenka, namun pada bagian akhir, kita dikejutkan dengan kemuakan yang dirasakan.

Itulah sekilas pesan Olenka yang membuat karya ini senantiasa aktual. Walau ditulis jauh sebelum beberapa generasi hari ini ada, membaca Olenka kita kembali menemukan hakikat kita, di antaranya sebagai makhluk yang kapan saja bisa jatuh dan terpuruk.

Fisik kita boleh kuat, tetapi jiwa dan perasaan bisa mudah goyah. Kita boleh mengaku sebagai bagian dari generasi modern yang hidup di antara kegemilangan teknologi tetapi sebenarnya dalam situasi seperti itu kita bisa teralienasi. Soal-soal itu bisa terjadi tanpa rencana. Hidup selalu disarati ketidakpastian.

Kedua, "Orang-Orang Bloomington" berisi tujuh cerita pendek. Kumpulan cerpen ini terbit sebelum "Olenka." Mula-mula oleh Penerbit Sinar Harapan pada 1980, lalu diterbitkan ulang oleh Penerbit Metafor pada 2004, dan Noura Books pada 2016.

Kemunculannya pun tak lepas dari kehidupannya saat menimba pendidikan master dan doktoral di Indiana. Hanya saja, sebagiannya ditulis saat ia berkeliling Amerika dan Eropa di masa jeda studi.

Karya yang ikut mengantarnya meraih SEA Write Award 1984 dari Pemerintah Thailand, mengajak pembaca untuk tidak terbang ke dunia abstrak, tetapi juga melihat sesama dan alam sekitar.

Buku
Buku "Orang-Orang Bloomington": https://twitter.com/ReadmenID

Kesan yang diberikan sejumlah kritikus menyebut karya ini berbeda dari kebanyakan cerpen Budi sebelum periode Bloomington. Bila sebelumnya cenderung bergaya absurd, yang ini lebih realistis.

Entah seperti apa gayanya, "Orez", "Joshua Karabish", "Keluarga M", "Yorrick", "Ny.Elberhart", "Charles Lebourne," dan "Laki-Laki Tua Tanpa Nama" memberi tahu kita bahwa diri dan orang lain tidak selamanya terang dan jelas. Kita tetap perlu memahami, walau kadang sulit.

Ketiga, tentang Budi Darma dan karya-karyanya tidak akan pernah tandas dibicarakan. Banyak hal yang ia tinggalkan di balik hidup dan kerja-kerja kreatifnya.

Bagaimana kita terpukau dengan kemampuannya yang menulis tanpa perencanaan. Proses kreatif yang dibuat tiba-tiba dan selesai dalam waktu singkat. Budi mengaku Olenka lahir tiba-tiba. Novel itu ditulis dalam tiga pekan.

"Orang-Orang Bloomington" pun tak jauh berbeda. Ditulis begitu saja dan mengalir dengan sendirinya. Tanpa harus menulis dua kali. Ia mengaku dalam buku itu, "Semuanya seolah-olah saya tulis di luar kesadaran saya sendiri. Dan memang, proses semacam inilah yang saya alami setiap kali saya menulis cerpen."

Percaya atau tidak percaya itulah Budi Darma. Kepergiannya tentu kehilangan besar bagi kita. Tetapi seperti ketidakpastiaan yang sudah diisyaratkan dalam karya-karyanya, hidup manusia pun demikian. Kita tidak pernah tahu kapan akan berakhir. Kita tak bisa memastikan kapan harus berhenti menulis.

Walau demikian, Budi Darma sudah mewarisi kita banyak hal. Seperti tulisan lanjutan Gramedia Pustaka Utama, "Cerpen, novel, prosa, esai, dan berbagai karya tulis Pak Budi Darma merupakan warisan tak ternilai bagi kesusastraan Indonesia, beliau merupakan sosok yang tak tergantikan."

Tubuh fananya boleh lenyap, tetapi semangat dan karyanya tinggal tetap. Kerja pena tua di dunia boleh saja berakhir, tetapi goresan-goresannya akan tetap hidup.

Selamat jalan Budi Darma. Saatnya engkau melihat kami dan "Bloomington"-mu dari keabadiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun