Demikian hampir seragam judul tulisan sejumlah media online belakangan ini. Fokusnya pada Amye Un. Wanita biasa sebenarnya. Namun ada yang membuatnya jadi luar biasa. Makanya jadi santapan pemberitaan.
Ia berasal dari sebuah wilayah pedalaman di NTT. Menjadi calon wali kota di sebuah negara bagian di Australia. Sudah jamak pemberitaan seorang wanita ingin menjadi atau sudah menjadi politisi atau orang penting.
Dari kaca mata tertentu, Amye Un sedikit berbeda. Bagaimana bisa seorang perempuan dari wilayah terpencil di sebuah provinsi nun di timur Indonesia menjadi calon orang penting di sebuah negara maju?
Kira-kira demikian salah satu tanya yang menyeruak di benakku. Mungkin juga di pikiran banyak orang ketika disodori tautan berita tentangnya.
Ada unsur kedekatan yang membuat informasi tentang Amye Un menarik atensi. Sesama orang NTT secara de facto, walau kini berbeda secara de jure. Meski tidak mengenalnya secara dekat, tetapi label NTT yang dilekatkan padanya membuat jiwa ke-NTT-an siapa saja yang memiliki pertalian genealogis, meronta-ronta.
Tak heran pemberitaan tentangnnya secepat kilat meluas, terutama di kalangan orang NTT. Link berita yang sama dibagi berulang-ulang ke berbagai lini sosial media. Beragam tulisan pun mengemuka, sambung menyambung. Seakan memahami apa yang sedang menjadi daya tarik masyarakat yang ingin mengenal Amye Un lebih jauh. Aku pun ada dalam barisan orang-orang yang kepo itu.
Jejak Indonesia
Amye Un sudah berusia 60 tahun. Menukil Kompas.com, (12/8/2021), ia berdarah asli Indonesia. Asli NTT pula. Ia lahir di Amanatun, di bagian barat Pulau Timor. Sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Amanatun adalah juga nama kerajaan. Bersama Kerajaan Molo (Oenam) dan Kerajaan Amanuban (Banam) menjadi bagian penting yang membentuk wilayah administratif TTS saat ini. Jarak Amanatun ke Soe, ibu kota kabupaten, mendekati 80 km.
Bagaimana bisa Amye Un sampai ke Australia? Kisahnya bermula dari hubungannya dengan pria Australia yang kini menjadi suaminya. Hampir sebagian besar masa remajanya, setidaknya hingga SMA dihabiskan di NTT sebelum hijrah ke Australia.