Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Vinay Reddy, Imigran India di Balik 21 Menit Pidato Joe Biden

22 Januari 2021   05:29 Diperbarui: 22 Januari 2021   08:07 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof.Dr. Cornelis Lay, Guru Besar UGM dan penulis pidato Presiden Jokowi: foto kolase tribunnews.com

Joe Biden baru saja dilantik sebagai presiden Amerika Serikat. Rabu, 20 Januari 2021 lalu, menjadi tonggak penting dalam sejarah negara adidaya itu. Pria kelahiran Scranton, Pennsylvania, 78 tahun lalu resmi menjadi presiden ke-46. Bersama Kamala Harris, wanita kulit hitam pertama di posisi wakil presiden, menahkodai kapal besar Paman Sam empat tahun ke depan.

Banyak drama dan cerita yang menyertai perjalanan pasangan ini hingga melangkah ke Gedung Putih. Begitu juga aneka pengharapan dan penantian akan seperti apa isi pidato inaugurasi pria yang berulang tahun saban 20 November itu.

Ternyata, seperti sudah bisa ditebak, hampir tak banyak kejutan yang keluar dari mulutnya. Nada dan isinya tetap berkesinambungan sejak masa-masa kampanye hingga pasca electoral college mengukuhkan hasil pemilu. Mulai dari persoalan yang sedang terjadi di masa kepemimpinan Donald Trump, menanjak pada debat seru terkait sejumlah isu nasional dan internasional, hingga klimaks pada sikap petahana yang tak menerima hasil pemilu berikut para pengikutnya yang mengambil sikap tak terpuji.

Setelah alur drama Biden-Trump mengantar warga Amerika dan dunia ke titik didih, Biden akhirnya tampil untuk menawarkan penyelesaian. Kata-kata yang keluar saat momen pelantikan bak oase di tengah gurun persoalan.

Ia mengajak warga AS untuk kembali bersatu. Guncangan ekonomi yang terjadi di satu sisi, pandemi Covid-19 yang menewaskan lebih dari 400 ribu warga Amerika di sisi lain, dan berbagai persoalan mutakhir, tidak bisa tidak dihadapi dengan pendekatan sektarian.

Sudah saatnya berbagai dikotomi: merah (Partai Republik) versus biru (Partai Demokrat), pedesaan versus perkotaan, konservatif versus liberal, kulit hitam versus kulit putih, berakhir. Sudah waktunya setiap hati yang keras dan tengkuk yang tegar, lunak. Saatnya untuk membuka hati, menunjukkan sedikit toleransi dan kerendahan hati, dan seperti yang sering dikatakan ibunya, "Just for a moment, stand in their shoes."

Untuk itu, menurut Biden, dibutuhkan lebih dari sekadar kata-kata. "Itu membutuhkan hal yang paling sulit dipahami dari semua hal dalam demokrasi: persatuan."

Joe Biden saat menyampaikan pidato pertama usai dilantik menjadi presiden AS: www.bbc.com
Joe Biden saat menyampaikan pidato pertama usai dilantik menjadi presiden AS: www.bbc.com

Akar Telangana

Layaknya orang penting saat berbicara kepada khalayak, kata-kata yang keluar dari mulut Biden tentu sudah dipersiapkan dengan baik. Dalam sejarah para pemimpin dunia, kita mengenal adanya sosok penting di balik setiap teks pidato mereka.

Stephen Miller, penasihat senior sekaligus penulis pidato Donald Trump. Di balik pidato Barack Obama yang teduh dan menyentuh ada Jonathan Favreau. Saat bertandang ke Indonesia dan berbicara di Universitas Indonesia pada November 2010, Obama membuat hati hadirin meleleh. Saat Obama dilantik, Januari 2009, ia tampil dengan slogan "Yes We Can." Slogan sederhana namun mendunia itu lahir dari Favs, yang sudah sejak lulus kuliah bekerja untuk orang-orang penting Amerika.

Di tanah air kita mengenal Yusril Ihza Mahendra. Pengacara cum pakar hukum tata negara ini pernah ambil bagian dalam penulisan sejumlah teks pidato Presiden Soeharto. Jauh kemudian hari, ada Tim 11 yang disebut sebagai penyusun teks pidato Joko Widodo, sejak menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga dilantik menjadi RI 1 pada 2014. Di dalam tim itu ada sejumlah akademisi seperti Ari Dwipayana dan almarhum Cornelis Lay.

Prof.Dr. Cornelis Lay, Guru Besar UGM dan penulis pidato Presiden Jokowi: foto kolase tribunnews.com
Prof.Dr. Cornelis Lay, Guru Besar UGM dan penulis pidato Presiden Jokowi: foto kolase tribunnews.com

Hal serupa terjadi juga dengan Joe Biden. Adalah Vinay Reddy yang ikut membantu dan bertanggung jawab atas teks pidato presiden dari partai Demokrat itu. Bahkan Reddy sudah bekerja sebagai penulis pidato utama sejak Biden kembali mendampingi Obama untuk periode kedua sebagai wakil presiden AS pada 2013 hingga 2017.

Tak heran, bila Vinay kemudian menjadi penulis pidato sejak masa kampanye Biden-Harris, hingga pada 20 Desember 2020 ditunjuk menjadi direktur Office of Speechwriting, departemen kepresidenan resmi di Gedung Putih yang bertanggung jawab menulis dan meneliti pidato presiden.

Saat Biden naik ke panggung untuk menyampaikan pidato inaugurasi, warga India, khususnya desa Telangana tentu ikut antusias menyambut. Mereka ingin mendengar kata-kata yang keluar dari senat Delaware enam kali beruntun yang sudah resmi memimpin Amerika. Kata-kata yang sedikit banyak berangkat dari teks pidato yang telah disiapkan Reddy.

Reddy lahir dan dibesarkan di Dayton, Ohio. Namun jejak India dalam dirinya tak bisa tersaput. Potongan wajah dan perawakan India jelas tak ada kepalsuan tampak padanya. Ya, ia mewarisi jejak India dari kedua orang tuanya. Ayahnya, dokter Narayana Reddy dan ibunya, Vijaya Reddy. Pada 1970 keluarga Reddy hijrah ke Amerika.

Sebelumnya, Narayana bersekolah di desa Telangana dan sempat mengejar MBBS di Hyderabad. Kabarnya, mereka masih memiliki peninggalan tiga hektar tanah dan sebuah rumah di Pothireddypeta, di distrik Karimnagar, sekitar 200 km dari Hyderabad.

Vinay Reddy, satu dari tiga putra Narayana Reddy: www.indiatoday.in
Vinay Reddy, satu dari tiga putra Narayana Reddy: www.indiatoday.in

Keluarga Reddy cukup dikenal di tempat asalnya. Kakek Vinay Reddy, Thirupathi Reddy, pernah menjadi sarpanch (kepala desa) selama beberapa tahun, pada periode 1980-an.

"Ini adalah kebanggaan bukan hanya untuk keluarga kami tetapi seluruh desa bahwa Tuan Vinay Reddy naik ke posisi penting di AS," ungkap Cholleti Sai Krishna Reddy, seorang kerabat Vinay Reddy, yang menjaga tanah keluarga mereka, seperti dilansir dari www.thenewsminute.com.

Ikatan keluarga Reddy dengan tanah leluhur masih begitu kuat. Walau sulur generasi sudah mekar di Amerika, akarnya tetap tertanam kuat di Telangana. Meski sudah menjadi warga Amerika dan mendapat posisi strategis di sana, Narayana Reddy dan istrinya Vijaya Reddy rutin pulang kampung dan bertemu sanak kerabat. Mereka terakhir kali "mudik" pada Februari 2020.

Sejak taman kanak-kanak, anak tengah dari tiga putra ini belajar di sekolah umum di Ohio. Lantas, mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Miami dan Fakultas Hukum Universitas Negeri Ohio.  Saat ini ia berdomisili di New York bersama istri dan dua putri mereka.

Ia memang sudah dekat dengan Biden dan Obama sejak lama. Talentanya dalam bidang komunikasi publik benar-benar membuat dua pemimpin itu jatuh hati. Senator negara bagian Ohio, Sheerod Brown pun tak terkecuali, memintanya menjadi penulis pidatonya.

Sebagaimana sudah menjadi tugasnya, Vinay tentu harus menerjemahkan ide-ide Biden untuk disampaikan di hari penting itu. Sebagai sebuah tradisi yang dipertahankan sejak George Washington menjadi presiden pertama AS, maka kesempatan itu tak bisa dipandang remeh.

Vinay Reddy tengah bersama Joe Biden: www.indiatoday.in
Vinay Reddy tengah bersama Joe Biden: www.indiatoday.in

Bisa jadi ia mendapat suntikan ide dan masukan dari Mike Donilon yang sudah lama menjadi penasihat Biden dan sejarawan presiden Jon Meachem. Mereka harus memastikan yang akan disampaikan sang presiden terpilih tidak menjadi kontroversi. Lebih dari itu, harus sesuai dengan semangat dan visi masa depan Amerika.

Akhirnya Biden memang tidak berbicara panjang lebar, apalagi ingin mematahkan rekor pidato pengukuhan William Henry Harrison pada tahun 1841 yang berdurasi dua jam. Begitu juga ia tahu dirinya bukan George Washington yang bisa berbiacara 135 kata saja usai mendapat mandat untuk masa jabatan kedua.

Namun tajuk "America United" yang diserukan Biden selama 21 menit sudah lebih dari cukup merangkum dua hal penting: merekatkan kembali simpul-simpul yang sempat retak di antara para pendukung dan menebarkan optimisme untuk melangkah maju bersama menghadapi dan memerangi berbagai rintangan.

Nun jauh di India sana, warga Telangana pun ikut larut dalam kegembiraan. Salah satu putra daerah kini sudah menjadi bagian dari sejarah Amerika. Keturunan imigran yang sudah mendapat tempat terhormat. Seorang Amerika keturunan India pertama yang menjadi penulis pidato presiden AS. Cholleti Vinay Reddy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun