Joe Biden baru saja dilantik sebagai presiden Amerika Serikat. Rabu, 20 Januari 2021 lalu, menjadi tonggak penting dalam sejarah negara adidaya itu. Pria kelahiran Scranton, Pennsylvania, 78 tahun lalu resmi menjadi presiden ke-46. Bersama Kamala Harris, wanita kulit hitam pertama di posisi wakil presiden, menahkodai kapal besar Paman Sam empat tahun ke depan.
Banyak drama dan cerita yang menyertai perjalanan pasangan ini hingga melangkah ke Gedung Putih. Begitu juga aneka pengharapan dan penantian akan seperti apa isi pidato inaugurasi pria yang berulang tahun saban 20 November itu.
Ternyata, seperti sudah bisa ditebak, hampir tak banyak kejutan yang keluar dari mulutnya. Nada dan isinya tetap berkesinambungan sejak masa-masa kampanye hingga pasca electoral college mengukuhkan hasil pemilu. Mulai dari persoalan yang sedang terjadi di masa kepemimpinan Donald Trump, menanjak pada debat seru terkait sejumlah isu nasional dan internasional, hingga klimaks pada sikap petahana yang tak menerima hasil pemilu berikut para pengikutnya yang mengambil sikap tak terpuji.
Setelah alur drama Biden-Trump mengantar warga Amerika dan dunia ke titik didih, Biden akhirnya tampil untuk menawarkan penyelesaian. Kata-kata yang keluar saat momen pelantikan bak oase di tengah gurun persoalan.
Ia mengajak warga AS untuk kembali bersatu. Guncangan ekonomi yang terjadi di satu sisi, pandemi Covid-19 yang menewaskan lebih dari 400 ribu warga Amerika di sisi lain, dan berbagai persoalan mutakhir, tidak bisa tidak dihadapi dengan pendekatan sektarian.
Sudah saatnya berbagai dikotomi: merah (Partai Republik) versus biru (Partai Demokrat), pedesaan versus perkotaan, konservatif versus liberal, kulit hitam versus kulit putih, berakhir. Sudah waktunya setiap hati yang keras dan tengkuk yang tegar, lunak. Saatnya untuk membuka hati, menunjukkan sedikit toleransi dan kerendahan hati, dan seperti yang sering dikatakan ibunya, "Just for a moment, stand in their shoes."
Untuk itu, menurut Biden, dibutuhkan lebih dari sekadar kata-kata. "Itu membutuhkan hal yang paling sulit dipahami dari semua hal dalam demokrasi: persatuan."
Akar Telangana
Layaknya orang penting saat berbicara kepada khalayak, kata-kata yang keluar dari mulut Biden tentu sudah dipersiapkan dengan baik. Dalam sejarah para pemimpin dunia, kita mengenal adanya sosok penting di balik setiap teks pidato mereka.