Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Menanti Tuah Richard Mainaky Selepas Liliyana Natsir dan Debby Susanto

1 Februari 2019   10:56 Diperbarui: 1 Februari 2019   14:07 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hafiz Faisla/Gloria Emmanuelle Widjaja/badmintonindonesia.org

Hafiz Faisla/Gloria Emmanuelle Widjaja/badmintonindonesia.org
Hafiz Faisla/Gloria Emmanuelle Widjaja/badmintonindonesia.org
Memang tidak mudah untuk menjaga konsistensi. Soal yang satu ini tidak hanya menjadi pekerjaan rumah pemain Indonesia. Namun memahami dan memaafkan situasi itu tidak bisa terus diperpanjang di saat tuntutan untuk segera berprestasi mengemuka.

Saatnya Hafiz/Gloria, Praveen/Melati, Alfian/Gischa dan Ronald/Annisa unjuk gigi. Mereka harus membuktikan bahwa mereka layak bertahan dan diandalkan. Merekalah yang utama saat ini. 

Merekalah pemain senior atau yang diseniorkan. Harapan pun disematkan kepada mereka. Prestasi. Ya prestasi. Setidaknya bisa berbicara banyak di turnamen-turnamen mendatang.

Inspirasi Watanabe/Higashino
Selain terus mengingat kejayaan dan kebesaran Owi/Butet, sikap yang paling realistis saat ini adalah belajar dari sepak terjang pasangan negara lain yang tengah naik daun. Salah satunya adalah Yuta Watanabe dan Arisa Higashino.

Pasangan Jepang ini sukses menggemparkan dunia dengan sederet prestasi. Yuta, 21 tahun, dan Arisa, 22 tahun, adalah pasangan yang semula kurang diperhitungkan. Namun dalam dua, bahkan satu tahun terakhir, mereka sukses unjuk gigi.

Mereka berhasil menjuarai Hong Kong Open, Malaysia Masters, dan sebelum itu All England. Mereka bahkan bisa menembus semi final dalam enam turnamen terakhir. Atas pencapaian itu mereka kini duduk di peringkat tiga dunia, di belakang duo China, Wang Yilyu/Huang Dongping dan Zheng Siwei/Huang Yaqiong.

Pasangan ini cukup istimewa. Meski berpostur kurang mencolok, skill dan keuletan mereka patut diacungi jempol. 

Yuta misalnya. Berpostur 1,67 m, unggul beberapa inci saja dari Arisa, Yuta mampu bersaing dengan pemain lawan yang memiliki postur lebih tinggi. Tidak hanya gerak yang lincah dan pukulan yang akurat, ia juga mampu melepaskan smes mematikan.

Yuta menjadi satu dari sedikit pemain yang bisa bermain di lebih dari satu nomor. Ia juga menemani seniornya Hiroyuki Endo di sektor ganda putra. Performa mereka pun tak kalah ciamik. Kini mereka berada di urutan lima dunia.

Yuta Watanabe/Arisa Higashino juara All England 2018/www.japantimes.co.jp
Yuta Watanabe/Arisa Higashino juara All England 2018/www.japantimes.co.jp
Selain bakat khusus, pencapaian pasangan Jepang ini tidak lepas dari kerja keras. Semangat juang dan sikap pantang menyerah sangat kentara. Mereka seakan mau menunjukkan bahwa talenta semata tidaklah cukup.

Anggapan ini pun diamini secara langsung maupun tidak langsung oleh para pemain top dunia. Sebagai contoh Tontowi Ahmad. Dalam pesan tersirat kepada para penerus, Owi mengatakan latihan keras adalah kunci. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun