Kemenangan Momota memberikan banyak makna. Ia tidak hanya memaklumkan kembalinya ke panggung bulu tangkis dunia, tetapi juga menghadirkan sejarah tersendiri bagi bulu tangkis negaranya. Ia menjadi pemain tunggal Jepang pertama yang mampu meraih medali emas di turnamen bernama Badminton Asia Championships tersebut. Selamat datang kembali Momota!
Bagaimana prestasi Indonesia kali ini? Sama seperti dua tahun terakhir, Indonesia pulang dengan tanpa gelar. Indonesia meraih satu medali perak dan satu medali perunggu. Medali perak dipersembahkan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir dari nomor ganda campuran. Sementara itu medali perunggu diraih pasangan ganda putri Rizki Amelia Pradipta/Della Destiara Haris yang terhenti di semifinal dari pasangan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota asal Jepang yang kemudian keluar sebagai juara.
Owi/Butet sapaan Tontowi dan Liliyana yang menjadi unggulan pertama harus puas sebagai runner-up setelah ditaklukkan unggulan dua, Wang Yilyu/Huang Dongping. Sempat memulai pertandingan dengan baik, Owi dan Butet seperti terperangkap dalam kendali permainan pasangan China itu. Ditambah lagi performa Owi tidak sebaik di babak semi final sehingga lawan berhasil mengunci gelar juara dengan kemenangan dua game langsung 17-21 dan 17-21. Tidak terlihat permainan cerdik dan minim kesalahan seperti saat menggulung wakil Negeri Tirai Bambu lainnya di semi final, Zheng Siwei/Huang Yaqiong.
Kekalahan ini menggagalkan harapan pasangan ini untuk mengulangi catatan manis pada 2015, sekaligus merebut gelar perdana di tahun ini. Selain itu keduanya gagal balas dendam atas kekalahan di fase grup Super Series Finals 2017, sekaligus menyamakan rekor head to head yang kini makin tertinggal 1-3 untuk keunggulan lawan.
Hasil dari China ini mengirim banyak pesan bagi bulu tangkis tanah air. Di satu sisi Owi/Butet belum "habis", namun di sisi lain menunjukkan bahwa keduanya masih terus menjadi andalan. Hal ini menandakan regenerasi di sektor ini masih berjalan lambat, bila tidak ingin disebut berjalan di tempat. Belum ada pelapis yang menjanjikan yang bisa dijadikan andalan di turnamen-turnamen mayor. Praveen Jordan dan Debby Susanto yang telah berpisah belum juga bangkit dengan kekuatan baru. Begitu juga para pemain muda lainnya yang masih tenggelam. Sepanjang tahun ini belum ada gelar yang berhasil diraih dari sektor ini, padahal Tour Super sudah hampir menginjak separuh musim. Pencapaian terbaik diraih Owi Butet dengan menjadi runner up Indonesia S500, dan kembali berulang di Kejuaraan Asia ini. Lagi-lagi, Owi/Butet!
Hal lainnya adalah performa sektor ganda putri yang mencuri perhatian. Lolosnya Rizki Amelia Pradipta/Della Destiara Haris hingga semi final memberikan angin segar bagi sektor ini. Tidak main-main keduanya menghempaskan pasangan nomor satu dunia, Chen Qingchen dan Jia Yifan serta finalis Asia, Fukuman dan Yonao. Di semi final keduanya hampir saja memenangkan "perang" menghadapi unggulan tiga, Fukushima dan Hirota andaisaja keunggulan di game pertama berlanjut di game kedua.
Ada hal lain yang patut dicatat. Kedua andalan Indonesia di nomor ganda putri sama-sama takluk di hadapan pasangan Jepang. Apriyani dan Greysia kalah dari Misaki Matsutomo dan Ayaka Takahashi. Kekalahan pasangan-pasangan terbaik Indonesia ini menunjukkan bahwa Jepang kini telah menancapkan kuku di sektor ini. Tak terhitung berapa banyak pasangan ganda putri yang dimiliki Jepang saat ini. Yang pasti negara ini telah menggeser dominasi China dalam 10 tahun terakhir, terhitung sejak 2006 hingga 2015. Kini giliran Jepang yang menguasai sektor ini dengan menjadi juara di tiga edisi secara beruntun sejak 2016 lalu. Bahkan di edisi tahun ini terjadi final sesama pemain Jepang.
Dominasi Asia Timur
Meski kembali "zonk", kita tetap patut memberi apresiasi kepada Owi/Butet. Keduanya telah menampilkan yang terbaik di usia yang tidak muda lagi. Pasangan yang akan merasakan predikat sebagai nomor satu dunia itu menjadi satu-satunya wakil dari Asia Tenggara yang berhasil melangkah ke partai final. Indonesia dan Taiwan sama-sama mengirim satu wakil, di antara kepungan empat wakil masing-masing dari China dan Jepang.
Kemenangan Fukushima dan Hirota atas Misaki dan Ayaka yang merupakan juara di dua edisi sebelumnya, menambah perbendaharaan gelar juara Jepang, menyusul pencapaian Momota di tunggal putra.
Dua gelar Jepang sama banyak dengan China yang menguasai nomor ganda campuran dan ganda putra. Di sektor yang disebutkan terakhir gelar juara menjadi milik Li Junhui dan Liu Yuchen. Unggulan pertama ini memenangkan persaingan dengan pasangan Jepang, Keigo Sonoda dan Takeshi Kamura dalam pertandingan rubber set, 11-21 21-10 dan 21-13. Selain mempertahankan gelar juara, Li/Liu sekaligus menungguli rekor head to head menjadi 4-3.