Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

All England 2018 dan Momok Baru Bernama Servis

13 Maret 2018   17:22 Diperbarui: 13 Maret 2018   18:51 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kevin Sanjaya terkenal dengan servis mematikan/tribunnews.com

Pernyataan Hendra Setiawan menunjukkan ada kekurangan lain dari aturan baru ini. Untuk memastikan seorang pemain melakukan servis sesuati ketentuan, hakim akan dibantu alat manual dari pinggir lapangan. Namun akurasi penilaian ini pun masih diragukan. Pasalnya, mengutip Kabid Binpres PBSI sekaligus mantan atlet, Susy Susanti, "Sudut pandang serta jarak alat dengan hakim servis juga akan mempengaruhi apakah atlet melakukan kesalahan atau tidak."

Subjektivitas itu terjadi di German Open beberapa waktu lalu. Seperti penilaian pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi terhadap Fajar Alfian. Menurut Herry IP, sejak babak pertama hingga semi final, pemain ganda putra itu tak mengalamai masalah dengan servis. Namun hal yang ditakutkan itu akhirnya terjadi di partai puncak.

"Namun kemudian di final terkena service faultsebanyak lima kali. Saya lihat posisi servisnya sama, tingginya sama, semuanya sama, hanya beda hakim servis yang bertugas," ungkap sosok yang dijuluki pelatih Naga Api tersebut.

Alat yang dipakai saat latihan untuk membiasakan dengan aturan baru/@INABadminton
Alat yang dipakai saat latihan untuk membiasakan dengan aturan baru/@INABadminton
Aturan baru ini akan menjadi momok bagi para pemain. Mereka akan dibayangi rasa takut melakukan kesalahan. Mereka bisa kehilangan fokus karena khawatir servis gagal. Masihkah kita dapatkan trik-trik dan variasi servis yang mengundang decak kagum?

Bila BWF tetap bersikukuh dengan aturan ini maka butuh waktu lama bagi para pemain untuk beradaptasi. Sejauh ini pihak PBSI sudah melakukan sejumlah terobosan di antaranya mendatangkan wasit bersertifikat internasional dalam sesi latihan. Simulasi itu diharapkan bisa menghindarkan para pemain dari kesalahan.

Namun pembiasaan terhadap aturan baru butuh waktu tidak singkat. Butuh latihan berulang-ulang karena para pemain sudah terbiasa dan nyaman dengan aturan sebelumnya, Aturan baru ini diterapkan pada ajang sekelas All England dengan waktu sosialisasi yang mepet, diharapkan tidak sampai mencederai seni permainan dan membuat tontonan menjadi membosankan karena banyak disarati kesalahan mendasar.

All England yang sudah meniadakan babak kualifikasi membuat jantung para pemain berdetak lebih kencang dengan aturan baru ini. Ah, mengapa BWF tidak fokus pada teknologi yang semakin menunjang permainan lebih adil, menggandeng lebih banyak sponsor besar dan membuka akses penyiaran yang lebih luas?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun