Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mengapa Susy Susanti Menunjuk Minarti Timur?

13 Januari 2018   20:24 Diperbarui: 15 Januari 2018   00:33 6646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minarti Timur bersama para pemain tunggal putri Indonesia (juara.net)

Ia menghabiskan sekitar 13 tahun di luar negeri, dengan Filipina sebagai tempat petualangan terlama selama 11 tahun dan enam bulan. Di samping itu ia juga menjadi pemain sekaligus pelatih privatedi Brunei Darussalam sebelum kembali ke tanah air.

Saya sempat bertemu Meme di Pelatnas Cipayung di masa-masa awal menjadi pelatih PBSI. Ia berbagi kisah sepak terjangnya meniti karier di dunia bulu tangkis Indonesia. 

Dua hal yang mengemuka, kegigihan dan totalitasnya pada dunia tepok bulu begitu kuat. Ia mengalami saat-saat krisis sebagai pemain, mulai dari "digusur" oleh Susy Susanti dan Sarwendah Kusumawardhani yang tengah naik daun hingga tersandung doping. Ia mengalami kerasnya perjuangan menjadi seorang pemain dan bagamana bangkit setelah jatuh tersandung masalah.

Potongan pengalaman itu tidak membuatnya berpaling dari bulu tangkis tetapi membuat cintanya pada tepok bulu makin mengental. Setelah gantung raket sebagai pemain profesional, ia terus berpetualang dengan dunia yang telah membesarkannya, hingga hari ini.

Pengalaman dan totalitas Minarti ini bisa menjadi amunisi baginya untuk mengangkat prestasi tunggal putri Indonesia hari ini. Selain talenta, untuk menjadi pemain bintang diperlukan kerja keras. 

Minarti bertugas memoles talenta-talenta muda yang ada saat ini. Mengajari mereka teknik yang benar, mempertebal semangat dan kepercayaan diri, adalah sebagian tugas berat yang harus dijalani Meme dan tim.

Turnamen pembuka di tahun ini, Thailand Masters yang memasuki babak akhir menjadi bukti bahwa memoles talenta muda bukan perkara mudah. Bukan kerja gampangan. Tidak ada yang meragukan bahwa Gregoria Mariska Tunjung misalnya, memiliki bakat menjanjikan. Namun bakat dara 18 tahun itu tidak cukup untuk membuatnya menjadi bintang bila tidak dibarengi mental yang kuat untuk menghadapi setiap tekanan di dalam lapangan juga bekerja keras memoles bakat itu menjadi cemerlang.

Jorji, begitu wanita kelahiran Wonogiri ini disapa, akhirnya harus terhenti di perempat final. Juara dunia junior itu tidak dapat mengatasi status unggulan pertama yang disandang pemain senior tuan rumah, Nichaon Jindapon. Jorji kalah dua game langsung, 13-21 dan 20-22 sekaligus gagal mengulangi kemenangan di pertemuan pertama di Piala Uber 2016.

Pukulan dan servis Jorji berbobot. Namun footwork terlihat lambat. Begitu juga Dinar Dyah Ayustine yang lebih dulu tersisih di babak pertama dan pemain mungil yang cukup menjanjikan, Fitriani.

Usia yang masih muda dan potensi yang telah terlihat membuat pekerjaan rumah tersebut diharapkan bisa dibereskan. Namun tugas yang tak kalah berat adalah menanamkan mental yang kuat, tidak hanya mengelola setiap tekanan saat bertanding tetapi lebih dari itu daya juang dan kegigihan untuk meraih prestasi. Singkatnya mental juara mereka belum kuat, belum mekar sempurna.

Sudah dipastikan tuan rumah mempertahkan gelar tunggal putri setelah terjadi final sesama rekan senegara. Unggulan pertama, Nichaon Jindapol dan Pornpawee Chochuwong yang dijagokan di tempat ketiga akan berebut gelar yang tahun lalu diraih Busanan Oongbamrungphan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun