Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Selamat Korea Selatan, Bekerja Ekstra Keras Indonesia!

28 Mei 2017   22:00 Diperbarui: 28 Mei 2017   22:46 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Euforia para pemain Korea Selatan usai mengalahkan China di final Piala Sudirman 2017/Chris Hyde/Getty Images

Tidak ada lagu kebangsaan China di Carrara Indoor Sports Stadium, Gold Coast, Australia, Minggu (28/5).  Padahal sejak 2005 silam, lagu yang sama selalu terdengar saban dua tahun selama enam edisi.  Bahkan lagu serupa nyaris terdengar lagi andai tidak terpeleset di partai pamungkas.

Sejak sepekan terakhir di tempat dengan pesisir pantai yang eksotis itu 12 negara berjibaku demi  trofi Piala Sudirman. Namun pada edisi ke-15 ini, Korea Selatan lebih berhak untuk membawa pulang lambang supremasi turnamen beregu campuran itu. Raut bahagia bercampur haru jelas tergurat di wajah anggota tim Korea Selatan saat “Aegukga” berkumandang mengiringi “Taegeukgi” yang berada di puncak digerek naik.

Berposisi sedikit lebih rendah ada bendera China yang harus puas sebaga runner up. Sementara di bawahnya dua bendera berada sejajar yang memberi kebanggaan tersendiri bagi Jepang dan Thailand. Kedua negara yang disebut terakhir itu pulang berstatus sebagai semifinalis.

Korea Selatan menutup perjuangan mereka dengan manis meski tertinggal lebih dulu. Dari lima partai yang dipertandingkan, Korea berhasil mengantongi tiga kemenangan, termasuk partai penentu. Tiga poin kemenangan Korea disumbangkan Sung Ji-hyun (tunggal putri), Chang Ye-na/Lee So-hee (ganda putri), dan Choi Sol-gyu/Chae Yoo-jung (ganda campuran). Sementara China mendulang poin dari ganda putra Fu Haifeng/Zhang Nan yang turun di partai pertama, serta tunggal putra, Chen Long di partai ketiga, sekaligus sempat membuat China unggul.

Secara keseluruhan China menurunkan komposisi terbaik dengan catatan statistik individual yang mengimbangi Korea Selatan. Sementara Korea malah sedikit membuat kejutan dengan memilih menepikan tunggal putra terbaik, Son Wan-ho.

Korea lebih memilih mengorbit pemain muda berperingkat 41 dunia, Jeon Hyeok-Jin untuk menantang pemain senior China, Chen Long. Penampilan pemain 21 tahun itu tidak mengecewakan. Finalis Asia Junior 2013, finalis Malaysia GPG 2015, finalis Australia Super Series 2016 itu mampu memaksa Chen bermain selama 47 menit meski kemudian kalah straight set   21-10 an 21-10.

Menariknya, Korea datang ke Australia dengan mayoritas pemain muda dan berstatus debutan. Kebanyakan dari mereka bukan generasi yang pernah tampil di putaran final dua tahun lalu. Situasi ini berbanding terbalik dengan China yang masih mengandalkan para pemain senior seperti Chen Long, Fu Haifeng dan Zhang Nan.

Generasi muda Korea Selatan memberi warna baru. Mereka langsung menunjukkan prestasi di awal keikutsertaan di ajang bergengsi ini. Fu Haifeng/Zhang Nan boleh saja menggasak Choi Solgyu/Seung Jae Seo, 21-14 dan 21-15. Namun tunggal putri berperingkat empat dunia Sung Ji Hyun mampu menyamakan kedudukan usai membekuk pemain muda China, He Bingjiao, 21-12 dan 21-16.

Usai juara Olimpiade Rio 2016 kembali membawa China unggul, pertarungan sengit antarpemain muda di sektor ganda mengemuka. Ganda putri berperingkat tiga dunia, Chang/Lee menghadapi Chen Qingchen/Jia Yifan. Meski peringkat dunia Chang/Lee satu tingkat di atas Chen/Jia, rekor pertemuan kedua pasangan sepenuhnya dipegang pemain masa depan China. Dari tujuh pertemuan enam di antaranya menjadi milik Chen/Jia.

Namun di pertandingan ini Chang/Jia bermain lebih baik. Keduanya menunjukkan semangat juang tinggi untuk meladeni agresivitas Chen/Jia. Pertarungan kedua pasangan selama 55 menit dengan skor 19-21 13-21 menjadi milik juara All England 2017, sekaligus menyeimbangkan kedudukan.

Ganda campuran pun menjadi partai penentu. Lagi-lagi persaingan antara dua pasangan muda. China menurunkan pasangan rangking dua dunia, Lu Kai/Huang Yaqiong, menghadapipasangan berperingkat 14dunia, Choi/Chae.  Peringkat dunia kedua pasangan memang berbeda jauh. Namun rekor pertemuan mereka seimbang dalam empat pertemuan terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun