Dengan cita-cita yang tinggi dan ambisi yang besar membuat mereka terpacu untuk segera meraih kesuksesan. Passionitu menjadi bahan bakar untuk menggapai impian yang sudah dipatok dengan tahu dan sadar sejak usia relatif muda. Dan tidak sedikit terlihat hasilnya, banyak yang menggapai sukses sebagai wirausahawan muda dengan usaha atau start-upkreatif ciptaannya, sesuatu yang jarang terjadi pada generasi sebelumnya.
Namun passion ini membuat generasi Y kurang berjodoh dengan semua bidang, salah satunya pertanian. Dunia pertanian yang luas itu mensyaratkan proses, yang terkadang lamban dan butuh kesabaran ekstra. Selain faktor manusia, alam dengan segala misterinya pun menjadi faktor penting yang harus diakrabi.
Prasyarat ini berbeda dengan karakter generasi Y yang ingin serba cepat dan praktis. Tak pelak bila dunia tersebut kurang dilirik seperti terlihat dari data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2011 dimana lulusan fakultas pertanian (termasuk peternakan dan perikanan) hanya sebesar 3,32 persen dari total lulusan mahasiswa di Indonesia. Jumlah tersebut akan semakin berkurang dengan lulusan yang memilih berkarir di luar bidang non-pertanian.
Selain terus berkurangnya generasi keluarga petani, seperti survey BPS pada 2013 diketahui rumah tangga petani berkurang 5,1 juta pada kurun 2003 hingga 2013, prediksi bahwa pada tahun 2020, 40 persen usia produktif di Indonesia dikuasai generasi Y semakin mengkhawatirkan sektor ini.
Bebas Aksi tapi Terlindungi
Gambaran di atas bisa jadi terlalu sempit dan relatif dan tidak akan separah yang diperkirakan nanti akan terjadi. Karena zaman berbeda maka apa yang terjadi dengan generasi Y dan generasi-generasi berikutnya perlu dirangkul untuk turut mengembangkan sektor pertanian. Selain mengembangkan konsep pertanian modern juga meluncurkan startupbidang pertanian untuk menjembatani kehidupan generasi masa kini dengan bidang pertanian.
Belum lama ini Presiden Jokowi meluncurkan lima aplikasi berbasis gawai android bernama Petani, TaniHub, LimaKilo, Pantau Harga dan Nurbaya Initiatives. Tujuannya untuk melakukan pertukaran informasi dan memotong jalur distribusi dari produsen ke konsumen, hal mana yang rentan “permainan” yang berimplikasi pada melambungnya harga.
Namun patut diakui terobosan itu belum menyentuh akar keprihatinan, dan kelak menjamin meningkatnya jumlah petani dan produk pertanian. Ikhtiar untuk berswasembada pangan saat negara dikuasai generasi Y masih dalam tanda tanya besar.
Untuk mengantarai peralihan estafet antargenerasi dibutuhkan usaha dan kerja lebih. Meski demikian tidak perlu sampai melemahkan semangat generasi Y untuk terus berkreasi sesuai passionmengisi hidup pada zamannya ini.
Tak kalah penting, apakah hidup Anda sudah terlindungi dalam menjalani passion? Patut diakui saat ini kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi kian meningkat. Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) tahun 2015, pendapatan premi industri asuransi jiwa mencapai Rp128,6 triliun atau tumbuh 5.8 persen dibanding tahun 2014 yang sebesar Rp 121,62 triliun. Tahun ini diprediksi akan meningkat 20 persen (Kompas,24 Desember hal.4).
Demi memperluas penetrasi dan menjangkaugenerasi Y, PT FWD Life Indonesia (FWD Life) memanfaatkan jalur distribusi daring (e-commerce) dengan menghadirkan salah satu produk unggulan yakni Asuransi Bebas Aksi Flash.
Hemat saya produk ini sangat cocok dan relevan untuk menemani generasi saat ini menjalani passion.Betapa tidak, di balik semangat yang menggebu-gebu menjalani berbagai passionperlindungan asuransi jiwa kecelakaan diri amat diperlukan. Menjalani passion,yang tidak sedikit aat berisiko jelas membutuhkan proteksi.