“Kalau memang seperti itu mengapa tidak dari dulu saja saya diganti. Saya pun sangat respek dan hormat dengan orang seperti Pak Victor yang begitu total mau mengabdikan diri buat kemajuan bulu tangkis Indonesia. Saya tidak membayangkan apa jadinya bulutangkis Indonesia kalau beliau tidak berkenan lagi membantu.”
Terlepas dari komunikasi yang tertutup dan penuh misteri ini, kita pun menduga-duga apakah sebabnya pada kinerja. Selama empat tahun “tukang gebuk” yang pernah berpasangan dengan Ricky Subagja ini kurang berhasil memainkan perannya untuk proses regenerasi dan prestasi bulu tangkis tanah air, seperti itu?
Mengacu pada dua indikator itu, Rexy tidak gagal. Di ganda campuran dan ganda putra, prestasi Indonesia terus berlanjut. Terus bermunculan lapisan-lapisan mulai dari senior hingga junior yang siap berprestasi. Dengan tanpa perlu mengeja panjang, di ganda putra setelah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan “selesai” kita sudah mendapat penerus dalam diri Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang gilang gemilang di tahun 2016.
Begitu juga di ganda campuran. Selain Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Praveen Jordan dan Debby Susanto sudah berhasil merangsek ke jajaran elit dunia. Owi/Butet, sapaan Tontowi/Liliyana berhasil mengembalikan tradisi emas Olimpiade yang sempat lepas di London tahun 2012 silam. Sedangkan Praveen/Debby membanggakan Indonesia di All England 2016.
Marcus dan Kevin, serta para pemain tunggal putra masa depan seperti Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, Anthony Sinisuka Ginting adalah bibit-bibit muda yang disiapkan secara terencana oleh Rexy dan timnya di Pelatnas Cipayung.
“Saat ini mereka memang masih seperti bunga yang baru kuncup. Targetnya mereka akan mekar saat berlangsung Olimpiade Tokyo 2020.”
Memang patut diakui di sektor putri, proses regenerasi berjalan lambat. Banya faktor mengemuka. Bibit yang minim, ditambah jurang yang dalam antara generasi senior dan junior. Untuk mempersempit “gap” itu butuh waktu dan proses yang tidak cepat. Apakah karena hal ini, Rexy harus angkat kaki?
Manajemen Pelatih
Tidak ada yang tahu secara pasti kualitas dan keandalan Rexy selain pihak-pihak yang telah bekerja sama dengannya. Namun kepercayaan yang diperoleh dari banyak negara di dunia menunjukkan seperti apa pentingnya Rexy dalam bulu tangkis.
Tidak semua pemain termasuk yang hebat sekalipun berbakat dan andal sebagai pelatih. Rexy salah satu yang mempunyai anugerah istimewa itu. Memulai karir pelatih di Inggris pada 2001, setelah tiga tahun bertanya diri usai gantung raket profesional. Meski belum punya pengalaman melatih, Rexy sanggup memenuhi target Asosiasi Bulutangkis Inggris (BE) yang telah mendekatinya sejak 1998. Medali Olimpiade Athena 2004 berhasil diraih melalui ganda campuran Nathan Robertson/Gail Emms yang melaju ke final meski ahirnya menyerah di tangan Zhang Jun/Gao Ling dari Tiongkok.
Berhasil di Inggris, Rexy dipinang Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM). Tujuh tahun ia bekerja memajukan bulu tangkis Negeri Jiran. Puncak pencapaian yakni mencetak ganda putra tangguh, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Menjuarai Asian Games Doha 2006 dan All England setahun kemudian, adalah puncak prestasi pasangan yang kini telah bercerai dan salah satu dari antaranya akan berpasangan dengan Hendra Setiawan sejak awal tahun ini.