Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Menuju Turnamen Pamungkas, BWF World Super Series Final 2016

11 Desember 2016   12:04 Diperbarui: 11 Desember 2016   12:16 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (kanan) dan Praveen/Debby menjadi andalan Indonesia di Dubai/badmintonindonesia.org

Tinggal menghitung hari BWF World Super Series Final akan dihelat di Dubai, Uni Emirat Arab sejak 14-18 Desember mendatang. Ini merupakan turnamen pamungkas dari kalender BWF yang mempertemukan delapan pemain terbaik dari setiap nomor. Kedelapan pemain tersebut mencatatkan perolehan poin tertinggi dalam 12 event super series/premier yang dimulai sejak All England pada bulan Maret hingga Hong Kong Open Super Series pada akhir November.

Sejak pertama kali diagendakan oleh BWF pada 2007, turnamen yang semula bernama BWF Superseries Masters Finals untuk mengikuti ATP World Tour Finals di tenis dengan setiap turnamen Super Series dianggal sebagai “Grand Slam” itu, mengalami tantangan baik dalam hal peserta, tuan rumah dan pendanaan.

Mulanya tidak banyak negara yang antusias dengan turnamen ini. Selain karena waktu penyelenggaraan yang dianggap mepet dengan jadwal turnamen di awal tahun, tiadanya jaminan poin membuat banyak negara lebih memilih memberikan waktu libur atau istirahat kepada para pemain andalannya atau mempersiapkan diri untuk turnamen lain.

Selain itu BWF juga kesulitan untuk mencari sponsor yang bersedia menggelontorkan hadiah yang menggoda serta menentukan tuan rumah. Turnamen perdana yang sedianya dihelat di Doha, Qatar yang pada tahun sebelumnya menghelat Asian Games batal terlaksana.

Baru di tahun berikutnya turnamen ini baru bisa terlaksana di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia dengan  menggandeng Yonex-Sunrise sebagai sponsor utama. Namun Malaysia tidak mengirimkan atletnya dengan dalih kelelahan setelah terlibat dalam aneka turnamen selama setahun.

Demikianpun di tahun berikutnya di Malaysia, tetapi bergeser ke Johor Bahru, Tiongkok tidak menyertakan para pemain terbaik seperti Lin Dan, Yu Yang, Wang Yihan dan sebagainya. Indonesia pun demikian.   Dua ganda terbaik Hendra Setiawan/Markis Kido dan Nova Widiyanto/Liliyana Natsir malah diutus ke SEA Games 2009 di Laos.

Dalam perjalanan waktu, sejak 2010 BWF mulai menata turnamen ini menjadi lebih baik. Memberikan poin setara turnamen super series premier sejak 2011, meningkatkan hukuman denda dari 250 USD menjadi 5,000 USD kecuali cedera dan alasan penting lainnya.

Tak kalah menarik adalah memberikan ganjaran hadiah yang menggiurkan.  Peningkatan hadiah signifikan tak lepas dari kerja sama sponsor BWF dan Dubai, Uni Emirat Arab yang sekaligus menjadi tuan rumah sejak kontrak kerja sama mulai berlaku pada 2014 dan akan berakhir pada 2017 mendatang.

Para pemenang akan membawa pulang total hadiah 1 Juta USD, meningkat dua kali lipat dari 500.000 USD sejak dua tahun terakhir. Jumlah hadiah tersebut paling banyak dari semua turnamen yang ada termasuk Indonesia Open Super Series Premier yang menyediakan hadiah sebesar 900 ribu USD.

Sejak 2011 kewajiban ikut serta bagi para pemain rangking 10 besar dunia mulai terlaksana dan hingga kini semakin bergengsi dengan hanya memberi tempat kepada delapan pemain terbaik dan setiap negara hanya boleh mengirim dua wakil. Namun persoalan tampaknya akan kembali muncul setelah kontrak bersama Dubai berakhir pada Maret tahun depan.

Tiongkok terbanyak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun