Seperti Tiongkok, India pun pulang tanpa gelar. Tunggal putri menjadi milik Taiwan setelah unggulan empat Tai Tzu Ying membekuk Pusarla V.Sindhu dari India dua game langsung 21-15 dan 21-17.
Takeshi Kamura/Keiga Sonoda berjaya di ganda putra. Pasangan Jepang non unggulan ini tampil klimaks saat menghadapi favorit, pasangan veteran Mathias Boe/Carsten Mogensen. Kemenangan Kamuda/Sonoda 21-19 dan 21-19 atas “pembunuh” Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro itu sekaligus memupuskan harapan Denmark untuk menjadi juara umum dengan dua gelar.
Tahun lalu, tuan rumah hanya menjadi penonton. Tahun ini tunggal putra NG Ka Long Angus menjadi penyelamat setelah menang dramatis atas Sameer Verma dari India dalam pertarungan sengit rubber setselama 50 menit dengan skor akhir 21-14 10-21 dan 21-11.
Di saat Owi/Butet seperti kembali lagi ke masa-masa puncak, para pemain muda Indonesia justru tenggelam. Di ajang ini, tahun lalu Indonesia berhasil mengirim Anthony Sinisuka Ginting hingga ke babak semifinal, walau pada akhirnya ia bernasib sama seperti dua pasangan senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari sama-sama finis sebagai semifinalis.
Kali ini tidak ada pemain muda Indonesia yang tampil cukup baik dan mencuri perhatian selain Praveen/Debby dan Rian Agung. Pertanyaan ke mana para pemain muda lainnya yang sebelumnya disebut-sebut sebagai penerus kejayaan bulu tangkis Indonesia?
Di tunggal putra khususnya. Di dua turnamen terakhir, bahkan sejak beberapa turnamen sebelum itu, nama-nama seperti Anthony, Ihsan Maulana Mustafa dan Jonatan Christie yang digadang-gadang bakal melanjutkan estafet kejayaan Taufik Hidayat seperti hilang ditelan bumi. Pencinta bulu tangkis tanah air hanya bisa bertanya lirih: di mana mereka berada saat ini?
Akhirnya prestasi Owi/Butet semoga tidak melarutkan kita dalam sukacita kemenangan. Sekalipun seperti terlahir kembali, masa jaya keduanya tinggal menghitung waktu. Alaram ini semestinya semakin keras terdengar di telinga para pengurus PBSI agar semakin keras melecut para pemain muda.
Dan kepada para pemain muda, Owi/Butet patut menjadi suri teladan. Tidak cepat berpuas diri dan tergesa-gesa berkata cukup, ditambah lagi berjuang maksimal dengan melampaui rasa sakit cedera sekalipun, adalah dua hikmah penting yang dihembuskan Owi/Butet dari Hong Kong Open kali ini untuk segera membangunkan para penerus dari tidurnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H