Seperti diutarakan pelatih kelahiran Pangkal Pinang, 21 Agustus 1962 beberapa waktu lalu, fisik Kevin tak jadi masalah karena memiliki VOR max yang bagus. Namun ketenangan dan kesabaran belum benar-benar tebal, apalagi dalam kapasitasnya sebagai playmaker.
Sementara Marcus masih sedikit terkendala kondisi fisik yang belum lama pulih dari cedera. Marcus juga kerap terjebak dalam pola Kevin yang kerap bermain terburu-buru apalagi saat beradu di depan net.
Kondisi ini menunjukkan bahwa mental keduanya masih perlu diuji. Setelah berada di jajaran elit dunia sudah pasti tekanan akan jauh lebih besar. Darah muda mereka akan cepat terpancing oleh para pemain senior dan pasangan-pasangan lainnya. Bila tak diperhatikan dan segera disadari maka akan mudah menghancurkan fokus dan konsentrasi mereka.
Hal ini menyata di turnamen Hong Kong Open Super Series yang baru saja dimulai. Ditempatkan sebagai unggulan enam, keduanya langsung kandas di babak pertama di tangan pasangan non unggulan asal Tiongkok Lu Kai/Zheng Siwei 13-21, 21-16 dan 16-21.
“Dari awal main kami seperti disulitkan wasit terus. Mulai dari nama baju saya, selama ini saya main nggak pernah dipermasalahkan, tapi kali ini dipermasalahkan. Terus kami servis juga di poin-poin awal langsung di-fault terus. Berapa kali pengembalian kami juga di-fault, padahal masuk jauh banget. Kami jadi kehilangan konsentrasi dari awal pertandingan,” ungkap Kevin dikutip dari badmintonindonesia.org.
“Selama di China Open kemarin kami tidak ada masalah seperti ini. Kalau servis di-fault terus dari awal, mau nggak mau konsentrasi kami terganggu. Dan jadi bingung juga mau main apa,” timpal Marcus.
Namun dalih yang mereka kemukakan tampaknya menunjukkan sisi lemah mereka sendiri. Mental bertanding yang belum tebal sehingga belum kebal terhadap aneka tekanan dan gangguan termasuk dari pengadil pertandingan.
Benar seperti dikemukakan Marcus, memetik pelajaran dari fenomena ini untuk tampil lebih tenang dan fokus, jauh lebih berharga ketimbang mencari pembenaran apalagi kambing hitam. Tokh setiap pemain, apalagi di kompetisi elit akan menghadapi banyak tekanan.
Pada saat itu tidak hanya skill yang dibutuhkan, juga mental bertanding. Hal yang disebutkan terakhir itu yang masih menjadi pekerjaan rumah Kevin/Marcus untuk diselesaikan seiring penampilan mereka di turnamen-turnamen selanjutnya.
Melihat performa mereka sejauh ini, bila mampu memegang komitmen untuk terus belajar dan berbenah dan konsisten menjaga performa, maka pintu juara Asia, Juara Dunia hingga medali emas Olimpiade Tokyo 2020 akan terbuka lebar.