Pelatih Manchester United, Jose Mourinho bakal mendapat tantangan ekstra kala bertandang ke Anfield, markas Liverpool dalam lanjutan Liga Primer Inggris, Selasa (18/10) dini hari WIB nanti. Di satu sisi, pelatih berjuluk The Special One itu menantang tim yang kian padu.
Sejak ditangani Jurgen Klopp, Liverpool terus membaik. Permainan mereka semakin matang di segala lini. Kecepatan dalam menyerang dan kesigapan dalam bertahan berpadu padan dalam semangat “heavy metal” kesukaan sang pelatih. Bercokol di peringkat empat dengan raihan 16 poin menandakan bahwa Si Merah siap menjadi pesaing dalam perburuan gelar. Ditambah lagi mereka belum terkalahkan dalam lima laga terakhir di semua kompetisi.
Di sisi lain, Mourinho akan menghadapi sekumpulan musuh yang bakal memadati Anfield. Belum hilang dari ingatan para Kopites, bagaimana Mourinho menggoreskan luka di hati mereka. Di akhir musim 2013/2014, Liverpool nyaris mengakhiri penantian gelar Liga Primer Inggris yang telah dinanti sejak 1990.
Namun Mourinho tampil sebagai pembuyar mimpi publik Anfield yang siap berpesta. Mourinho dengan cerdik memainkan strateginya, memaksa para pemain Chelsea bertahan sempurna-yang kemudian dikenal dengan istilah “parkir bus”. Berkekuatan 10 pemain The Blues mampu meredam serangan Liverpool yang kala itu dikomandoi sang arsitek Brendan Rodgers.
Serangan demi serangan tak juga mampu menembus tembok kokoh para pemain Chelsea. Sebaliknya para pemain Chelsea dengan lihai memanfaatkan celah yang ditinggalkan para pemain Liverpool yang asyik menyerang untuk berburu gol. Searangan balik cepat dengan mengandalkan kecepatan para pemain depan berbuah dua gol. Penguasaan bola yang sangat minim, 27 persen, berakhir dengan tiga poin.
Siapa yang tidak sakit melihat timnya yang tampil dominan gagal mendulang poin sama sekali? Dengan santai Mourinho menanggapi cercaan lawan bahwa yang dipertontonkan itu bukan sepak bola negatif. Alih-alih mengaku diri, pria Portugal itu menyebut bahwa kemenangan itu diraih dengan indah, dan menilai laga tersebut tak ubahnya derby La Liga antara Barcelona vs Real Madrid, atau Benfica kontra FC Porto di Liga Portugal. Betapa sakitnya fans Liverpool mendengar hal itu.
Namun kali ini, ia datang tidak dengan tim yang sama dan tidak dalam kondisi amat menentukan seperti dua musim silam. Walau demikian sama sekali tak mengurangi tensi panas dalam laga ini.
Dengan gaya dan kepercayaan dirinya yang tak tergerus waktu, Mourinho bakal menantang balik tuan rumah dengan modal positif dalam rekor pertemuan kedua tim. Mourinho memiliki catatan bagus di kandang Liverpool, demikianpun United belum terkalahkan dalam empat pertemuan terakhir di Liga Inggris.
Secara materi, mantan pelatih Real Madrid itu memiliki amunisi yang cukup. Pengeluaran tak kurang dari 176 juta euro atau setara Rp 2,5 triliun di bursa transfer musim ini membuat Manchester Merah dilengkapi para pemain bintang. Tak ubahnya “galacticos” di Liga Inggris. Hal ini kontras dengan kubu tuan rumah yang mengeluarkan uang sangat minim untuk berbelanja pemain.
Meski demikian kedua kubu memiliki alasan tersendiri di bursa transfer musim lalu. Mourinho yang baru bertandang ke Old Trafford butuh pembaharuan untuk mengembalikan kejayaan yang telah lama diimpikan. Sementara Klopp telah memiliki cukup waktu, tak kurang dari 12 bulan, untuk menginvestasikan sumber daya yang ada termasuk memoles para pemain muda. Hasilnya sudah terlihat di awal musim ini saat Arsenal dan Chelsea dipaksa bertekuk lutut.
Laga ini dipastikan berjalan panas. Kedua tim pasti sama-sama mengincar kemenangan sebagai proyeksi kekuatan tim untuk melanjutkan perburuan gelar. Namun tekanan pada tim tamu menjadi lebih besar karena bentuk yang diharapkan belum juga terlihat. Kritik hingga ketidakpercayaan terhadap kinerja Mourinho serta pesimisme sebagai kandidat juara bakal semakin menguat andai saja ia kehilangan pertandingan ini.