Dua dasawarsa kemudian, tahun 1958 tepatnya, PPPSI berganti nama menjadi PTMSI, Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia. Perubahan nama tersebut terjadi dalam kongres di Surakarta. Dua tahun kemudian PTMSI memperluas pergaulannya dengan menjadi anggota Federasi Tenis Meja Asia (TTFA) dan bergabung dengan ITTF setahun kemudian.
Di tingkat lokal pingpong pun sudah dipertandingkan sejak Pekan Olahraga Nasion (PON) pertama di Solo. Dan cabang tersebut tetap bertahan hingga edisi ke-19 yang baru saja berakhir di Jawa Barat.
Tanpa Arah
Pertanyaan penting, bagaimana dengan prestasi tenis meja kita saat ini? Di tingkat akar rumput antusiasmenya tak juga berkurang. Menurut catatan Kompas,(5/10/16, hal.31), di arena PON Jabar animo penonton tetap tinggi. Gelanggang Olahraga (GOR) 3 ITB Jatinangor, Sumedang, sebagai tempat perhelatan cabang tersebut, tak kehilangan penikmat.
Namun antusiasme penonton yang stabil itu tak dibarengi dengan prestasi. Coba tengok atlet-atlet yang bertarung di ajang tersebut. Masih menurut sumber yang sama, muka-muka lama masih saja muncul, seperti Ling Ling Agustin dan Ismu Harinto. Berapa usia mereka? Sudah lewat kepala empat! Alamak!
Di sektor putra dan putri, empatbesar dikuasai oleh Tiongkok. Di sektor putra Tiongkok berturut-turut menempatkan Ma Long, Fan Zhendong, Xu Xin dan Zhang Jike. Di bagian putri dua posisi teratas secara bergilir berpindah di antara Ding Ning dan Liu Shiwen, serta Li Xiaoxia dan Zhu Yuling.
Bagaimana dengan Indonesia? Coba Anda cek adakah situs resmi PTMSI yang menampilkan daftar peringkat para pemain tenis meja kita? Kompaspernah bertanya kepada para atlet senior terkait peringkat nasional mereka. Ada yang mengaku tidak ingat kapan terkhir memiliki peringkat nasional. Selebihnya, pecah tertawa.
Di tambah sejumlah kenyataan di arena PON, jawaban- jawaban tersebut sudah cukup representatif menggambarkan kondisi tenis meja tanah air. Pertanyaan kita, apa saja yang sudah dilakukan PTMSI selama ini? Ke mana saja para pemangku kepentingan terkait cabang olahraga tersebut?
Jangan-jangan....ah sudahlah. Bila Anda memiliki jawaban silahkan berbagi. Sambil menanti suara dan pendapat, mari bermain ping pong ala kita. Kita ramaikan kehidupan akar rumput di akhir pekan ini, memukul dan menangkis si bola pentol itu walau kadang tak tentu arah seperti mereka yang “di atas” itu.