Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Ada Apa dengan Pebulutangkis Muda Indonesia?

7 Oktober 2016   11:03 Diperbarui: 7 Oktober 2016   17:33 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ihsan Maulana Mistofa/radarriau.net.

Pemain rangking 25 dunia kandas di tangan pemain tuan rumah non unggulan Suppanyu Avihingsanon dalam pertarungan tiga game,17-21, 21-17, 18-21.

Kekalahan ini memperpanjang hasil kurang maksimal pemain kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat itu di gelanggang internasional. Setelah membuat kejutan di Indonesia Open Super Series Premier pada awal Juni ini, performa Ihsan terlihat menurun.

Saat tampil di Istora, Senayan, Jakarta kala itu, Ihsan mampu melenggang hingga babak semi final usai mengalahkan wakil Inggris Rajiv Ouseph dalam pertarungan tiga game 17-21, 21-12, 21-12. Saat itu saya menjadi salah satu saksi perjuangan mengagumkan pemain mungil ini. Meski akhirnya gagal ke final setelah menyerah di tangan pemain kawakan, yang kini duduki rangking satu dunia, Lee Chong Wei, nama Ihsan langsung menjadi buah bibir.

Tetapi di beberapa turnaman setelah itu, taji dan daya juang pemain kelahiran 18 November ini tak lagi terlihat. Puncak penurunan performa terlihat di ajang Thailand GPG kali ini. Apakah kelelahan setelah tampil all outdi PON Jawa Barat yang baru saja usai menjadi alasan?

Semestinya tidak. PON Jabar bisa dianggap sebagai ganti dari sebuah turnamen yang semestinya terus diikuti oleh seorang pebulutangkis. Tanda-tanda minus yang sudah terlihat setelah Indonesia Open itu sudah cukup jelas memberikan konklusi sementara. Ihsan perlu perhatian serius.

Saat ia bersama Jonathan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting muncul ke panggung internasional, banyak orang mengelu-elukan mereka. Bahkan tak sedikit yang memprediksi di tangan ketiga pemain muda itu, supremasi bulu tangkis Indonesia, terutama di sektor tunggal putra, akan kembali digenggam. Chong Wei sendiri memuji Ihsan sebagai titisan legenda tunggal putra kita, Tufik Hidayat.

Namun pujian dan prediksi tersebut tidaklah cukup. Apalah arti euforia dan puja-puji itu bila tak dibarengi dengan penggemblengan dan pendampingan serius? Jangan sampai mereka seperti bunga indah yang layu sebelum berbunga.

Kado Rian/Berry
Ganda putra Rian Agung Saputro/Berry Angriawan akan menjadikan turnamen ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan kado perpisahan. Setelah turnamen ini keduanya akan bercerai. Masing-masing dari antara mereka akan dipasangkan dengan dua pemain senior yang baru saja berpisah, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Rencananya, Rian akan ditandemkan dengan Hendra, sementara Berry bersama Mohammad Ahsan. Bersama para senior itu, mereka akan mengawali debut di Denmark Open Super Series Premier 2016 serta French Open Super Series 2016 yang akan dihelat pada akhir Oktober hingga awal November nanti.

Di babak perempat final, Berry/Rian akan menghadapi wakil Malaysia Hoon Tien How/Teo Kok Siang. Menghadapi unggulan enam itu, cerita Berry/Rian akan berbeda dengan saat menghadapi wakil Negeri Jiran di babak 16 besar, Lee Jian Yi/Lim Zhen Ting yang dibekuk dengan mudah dalam tempo 21 menit, dengan skor 21-12, 21-16.

“Ini adalah turnamen terakhir buat saya dan Rian, kami mau hasil terbaik di sini. Semoga saja kami bisa membawa gelar juara,” ungkap Berry dikutip dari badmintonindonesia.org.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun