Bukan kali ini saja Jokowi terkecoh oleh kerja para pembantunya. Bahkan Jokowi pernah “dikibuli” oleh hal elementer saat membacakan pidato peringatan Hari Pancasila, I Juni tahun lalu. Apakah ini pertanda Jokowi tak melengkapi diri dengan para pembantu yang kompeten? Entahlah.
Arcandra mungkin belum puas menikmati bulan madu sebagai pejabat negara. Rentang 20 hari kerja terlalu singkat bagi kita untuk melihat seperti apa sepak terjangnya bagi kemaslahatan bangsa dan negara. Namun durasi tersebut sudah lebih dari cukup menggambarkan seperti apa rupa urusan administrasi di negeri ini yang sarat tumpang tindih, kesemrawautan dan ketidakjelasan hampir di semua lini. Di tingkat elit saja bisa seperti itu, bagaimana dengan tingkat-tingkat di bawahnya.
Walau menahan malu atas kecolongan dan kecerobohan ini, Jokowi perlu berintrospeksi. Bertanya diri agar lebih jeli dan matang dalam mengambil keputusan. Sekaligus mempertanyakan dan memperbaiki kerja para bawahannya agar tak menjebak apalagi menggali lubang untuk dirinya. Juga di tingkat makro, menjadi momentum yang pas untuk membenahi karut marut administrasi di negeri ini.
Akhirnya, untuk masa bakti yang singkat itu serta hikmah penting yang tercurah, kita pun patut berterima kasih kepada Arcandra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H