Berdiri sejak sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada zaman penjajahan Belanda, Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 menjadi wujud kesadaran tiga serangkai, Mas Karto Hadi Soebroto, Mas Ngabehi Dwidjosewojo dan Mas Adimidjojo tentang pentingnya kerja sama untuk menginvestasikan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat banyak, yang kemudian secara tegas setelah kemerdekaan disebut sebagai bangsa Indonesia.
Senafas dengan organisasi pergerakan kala itu, lembaga yang bermula bernama Onderlinge Levensverzekering Maatschapij PGHB,disingkat menjadiO.L Mij. PGHB memutar roda kesadaran dan membuka ruang perjuangan untuk menyiapkan masyarakat Indonesia yang tangguh: tak hanya kuat untuk mengusir musuh, juga cerdas dan berdaya membangun bangsa.
Hal itu tercermin jelas dari latar belakang para pendiri dari kalangan guru dan salah satu dari antaranya adalah bagian dari pengurus organisasi para pemuda bernama Boedi Oetomo (Budi Utomo) yang merupakan cikal bakal pergerakan menuju kemerdekaan Indonesia.
Pertama,asas mutual yakni menjadikan para pemegang polis sebagai pemegang saham membuat setiap orang merasa memiliki dan bertanggungjawab untuk mendapatkan keuntungan baik bagi diri maupun keberlanjutan organisasi. Sejak awal asuransi ini didirikan dengan modal nol sehingga benar-benar mengandalkan sokongan bersama dan kebersamaan itu tetap dipertahankan hingga kini.
Kedua,keanggotaannya tak mengenal batas usia dan sekat sosial. Hal ini sesuai dengan karakteristik kebhinekaan Indonesia yang masih awet terawat hingga kini.
Ketiga,setia selama bertahun-tahun, sejak membuka jalan untuk perasuransian di Tanah Air, AJB tak menutup diri pada perubahan. Spirit profesionalisme jelas terwujud dalam pendekatan modern, keragaman produk serta penggunaan teknologi mutakhir.
Keempat,keunggulan utama, mengutip testimoni Presiden Ketiga Republik Indonesia B.J.Habibie saat asuransi ini merayakan ulang tahun ke-103 tahun lalu, adalah human security.Hal itu mengacu sekaligus pada ketentraman dan kenyamanan.
Mengutip sang intelektual, “Orang kan bisa bilang. Bahwa apa gunanya kalau saya dijanjikan banyak-banyak, tapi ketika jatuh tempo perusahaan itu sudah bangkrut. Kita harus bedakan human security dengan security. Ada orang menyimpan untuk anak dan masa tuanya.Tapi, pada saatnya tiba, simpanannya go with the win. Karena perusahaannya hilang. Mau menuntut siapa?” (Sumber).
Tak heran dengan menancapkan kuku pada nilai dasar ke-Indonesia-an, sebesar-besarnya untuk kepentingan Indonesia, dan terbuka pada perubahan demi pelayanan prima setara asuransi kelas dunia, asuransi ini tetap bertahan hingga kini bahkan menjadi asuransi jiwa terbesar di Indonesia.
Tak hanya dari segi jumlah, dikutip dari laman resminya Bumiputera, AJB Bumiputera 1912 mampu mengungguli asuransi-asuransi yang mendapuk level internasional dengan selalu menjadi langganan predikat terpuji (Merek TOP) sejak ada pengkategorian melalui ajang Top Brand Award pada 2007.