Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Horor di Kereta (Bekas) Commuter Line

9 Januari 2016   15:17 Diperbarui: 9 Januari 2016   16:26 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran Commuter Line atau kereta rel listrik (KRL) sedikit banyak berpengaruh bagi kehidupan transportasi di ibu kota Jakarta khususnya dan wilayah Jabodetabek umumnya. Dari pantauan saya yang belum lama memilih moda transportasi ini, animo masyarakat begitu tinggi. Hal itu bisa terlihat saban hari. Hampir tak ada stasiun yang saya lewati sepi, kecuali pada larut malam.

Bahkan pada jam-jam tertentu di stasiun-stasiun transit khususnya, situasinya hampir tak bisa dipahami akal sehat. Bagaimana bisa lautan penumpang begitu membludak, berjejal di ruang-ruang peron yang serentak menjadi begitu kecil dan sempit. Belum lagi jika harus berdesak-desakan atau lebih tepatnya saling menempel tak peduli jenis kelamin di dalam kereta yang melaju begitu cepat dengan selingan bunyi gemeretuk dan guncangan yang mencekam.

Entah apa yang membuat situasi bisa berubah tak bedanya tayangan horor di televisi. Namun satu dua hal yang bisa menjadi alasan sementara adalah ketidakseimbangan antara permintaan pengguna yang tinggi dan sarana yang tersedia. Rangakaian-rangkaian kereta yang tersedia sepertinya terlalu sedikit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang begitu tinggi. Belum lagi sarana dan fasilitas peron yang belum mampu mengakomodasi kebutuhan yang terus meningkat.

Sebagai contoh, di stasiun transit Tanah Abang, salah satu spot mencekam yang kerap terjadi pada jam-jam pulang kantor, letak peron yang saling berdekatan membuat tumpukan penumpang mudah terjadi terutama di jalur-jalur favorit yakni jalur 5 dan 6 (menuju arah Serpong, Parung Panjang hingga Maja).

Penumpang yang transit dan turun di jalur 2 dan 3 akan membentuk gelombang antrian panjang ketika keluar dari atau menuju jalur 5 dan 6. Ketidaksigapan, apalagi ketidaktegasan petugas kemananan untuk mengarahkan penumpang di jalur naik-turun akan membuat situasi menjadi semakin mencekam. Saling desak-desakan dan dorong-dorongan yang menguras tenaga bahkan juga emosi hampir pasti terjadi. Umpatan, bahkan caci-maki  mudah memenuhi langit-langit stasiun. Bisa kita bayangkan betapa menderitanya ibu-ibu hamil atau yang membawa bayi, kaum lanjut usia atau kaum difabilitas menghadapi situasi tersebut.

Setelah melewati barikade mahasesak menuju pintu KRL, penumpang masih harus bergulat dengan tantangan tak kalah horor di dalam kereta. Perlombaan adu cepat menggapai kursi disusul gelombang masuk yang begitu dahsyat hampir tak mengenal batas. Tak pernah berlaku kata cukup dan tak ada artinya seruan masinis ‘jangan memaksa masuk’ bila sudah penuh.

Kata penuh (berapa orang???) yang tak jelas artinya pun benar-benar kehilangan makna melihat jejalan penumpang di dalam kereta dan terus masuknya penumpang di setiap pemberhentian hingga benar-benar tertelan KRL menuju destinasi andalan seperti stasiun Kebayoran, Pondok Ranji, Sudimara dan Serpong. Ketika sampai di stasiun tujuan, tarikan nafas bahagia disusul lantunan alhamdulilah hampir pasti terjadi. Ekspresi kelegaan dan rasa syukur setelah melewati ziarah yang mencekam.

Bekas

Situasi ini menuntut tanggapan serius pemerintah. Perubahan demi perubahan harus terus terjadi untuk menjawab kebutuhan yang terus meningkat. Salah satu yang bisa ditempuh adalah memperketat pengaturan baik jadwal maupun lalu lintas manusia di setiap stasiun serta memperbanyak rangkaian kereta.

Terkait hal terakhir itu, beberapa hari lalu sebanyak 18 unit KRL dari Jepang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Rangkaian tersebut merupakan akhir dari pengadaan KRL untuk tahun 2015 sebanyak 120 unit.

Kehadiran tambahan rangkaian ini menjadi kabar bahagia bagi kita para pencinta KRL. Pihak pengelola PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menargetkan di tahun ini bisa melayani 285 juta pengguna, tumbuh 10,9 persen dari realisasi penumpang tahun 2015 sebanyak 257 juta pengguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun