[caption caption="Gambar: dailymail.com"][/caption]I always want it loud!. I want to have this 'booooom! (Jurgen Klopp)
Dalam hitungan hari Jurgen Norbert Klopp akan dimaklumkan sebagai pelatih baru Liverpool. Desas desus bahkan sejumlah reportase meyakinkan mengunggulkan eks pelatih Borussia Dortmund itu ketimbang mantan pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti sebagai suksesor Brendan Rodgers. Bahkan ada pemberitaan, Klopp akan diumumkan sebagai juru taktik anyar The Reds sebelum akhir pekan ini.
Entah apa yang menjadi pertimbangan manajemen Si Merah Fenway Sports Group (FSG) lebih memilih Klopp ketimbang Ancelotti atau sejumlah nama lainnya. Koleksi gelar Klopp tak lebih banyak dari Ancelotti. Klopp hanya berjaya di pentas Bundesliga bersama Die Borrusien dan cuma merasakan partai final Liga Champions dua tahun lalu. Sementara Ancelotti sudah tiga kali merengkuh gelar Liga Champions dan memenangkan gelar liga di tiga negara berbeda.
Namun koleksi gelar bukan garansi tingkat keterpilihan seorang pelatih. Tingkat kebutuhan, situasi, tuntutan dan aneka pertimbangan kualitatif di setiap klub berbeda-beda sehingga tak selalu bisa dijawab oleh satu pelatih dengan gaya dan ciri khas tunggal.
Pertimbangan di atas bukan bermaksud membenarkan kehadiran Klopp di Anfield. Namun hanya untuk mengatakan bahwa gelar bukan faktor utama penunjukkan seorang pelatih. Ada beragam faktor dan pertimbangan. Tokh Klopp juga belum tentu menjadi sosok yang tepat untuk menjawab segala kebutuhan Liverpool.
Jaga api
Dibandingkan Ancelotti (56) usia Klopp sedikit lebih muda, 48 tahun. Ada yang menilai Liverpool butuh darah segar untuk membangkitkan klub yang sedang terpuruk. Namun usia juga tak jadi garansi, mengingat tiga tahun lalu, Rodgers bersaing dengan Roberto Martinez dan Andre Villas-Boas yang juga muda dari segi usia dan karir kepelatihan untuk menggantikan Kenny Dalglish. Hasilnya? Setelah tiga musim Rodgers didepak dengan tanpa meninggalkan kenangan satu gelar pun.
Pertimbangan lain, Klopp dianggap mampu membangun tim dari titik nol, sanggup memaksimalkan potensi para pemain muda dan jitu meracik gaya counterattack mematikan. Pengalaman membangun Dortmund dari keterpurukan finansial dan prestasi, dan mengorbit sejumlah pemain yang kini menjadi bintang menjadi bukti.
Sementara Anceloti dianggap sebagai ‘negarawan tua’ yang memiliki spesialisasi mengambil alih tim yang telah jadi, khas dengan gaya penguasaan bola dan menjaga relasi harmonis dengan para pemain dan memberi ruang kepada para bintang untuk semakin bersinar. Tak heran pria yang akrab disapa Don Carlo ini dinilai sebagai manajer yang sangat dihormati. Saat ia didepak dari Madrid, simpati mengalir dari para pemain, bahkan Cristiano Ronaldo sampai marah besar.
Heavy metal
Banyak yang menilai Klopp memiliki gaya tersendiri. Istilah keren, heavy metal football. Seperti musik metal yang ‘keras’ dan menghentak-hentak, Klopp tak menginginkan ketenangan di lapangan.Â