Sementara Liverpool sama sekali tak mendapat apa-apa dari 75 juta poundsterling itu. Dana besar tersebut seakan menguap di tangan Rodgers. Lihat saja, dana Suarez, plus  49 juta poundsterling dari penjualan Raheems Sterling ke Manchester City sama sekali tak berbekas. Alih-alih mendapat pemasukan, Rodgers malah dikecam telah membiarkan para bintang pergi.
Publik Anfield sempat ditenangkan dengan niat Rodgers mendatangkan bintang lainnya. Alexis Sanchez masuk dalam radar namun apa lacur Arsenal lebih gesit dan lihai untuk memboyongnya ke Emirates Stadium. Taka da pilihan lain, terpaksa Rodgers mendatangkan Rickie Lambert dari Southampton dengan mahar sebesar 4 juta poundsterling.
Dana segar yang diperoleh akhirnya dihamburkan begitu saja untuk mendatangkan Dejan Lovren, Lazar Markovic, Alberto Moreno, Adam Lallana dan Emre Can. Namun hasilnya?
Bahkan di bursa transfer musim panas ini, tak kurang dari 80 juta poundsterling dihabiskan untuk mendatangkan Christian Benteke, Danny Ings, Roberto Firmino, Nathaniel Clune dan Joe Gomez. Namun lagi-lagi hasilnya?
Nyaris
April 2014. Rodgers nyaris membuat sejarah sebagai manajer Liverpool pertama yang mampu meraih gelar Liga Primer Inggris dalam 24 tahun terakhir. Tampil impresif sejak awal, The Reds sempurna dalam 16 laga. Namun apa daya euforia yang hampir mencapai titik puncak itu layu tak lama setelah Manchester City sukses menelikung di partai pamungkas.
Liverpool pun puas berada di posisi kedua, posisi terbaik yang pernah diraih Rodgers selama tiga musim setelah pada musim pertama hanya mampu finish di urutan ketujuh. Sementara musim lalu performa The Reds seperti kembali ke titik nol, pulang ke musim pertama saat Rodgers datang.
Rodgers pun menjadi manajer pertama sejak 1950 yang gagal mempersembahkan satu trofi pun. Sejak saat itu semboyan You’ll never walk alone seperti jauh dari Rodgers.
Meski demikian apresiasi patut diberikan kepada Rodgers yang telah memberikan kontribusi dengan caranya sendiri. Meski gagal mempersembahkan trofi setidaknya ada warisan yang ditinggalkan, setidaknya pelajaran bagi manajemen dan para suksesor untuk jeli me-manage klub.